|| 80. Masih Menyukai ||

117 45 65
                                    

Dua hari kemudian, jadwal penerbangan Brandon bersama Adrian. Mereka berdua tidak langsung pulang melainkan mereka pergi ke kampus untuk perpindahan Adrian.

Adrian memang satu jurusan dengan Brandon. Tapi ia pindah kuliah, karena Adrian dan Brandon bagaikan sepaket. Tidak ada yang dipisahkan makanya Adrian pindah kuliah.

Saat dikampus, Brandon menemani Adrian untuk mengurus berkas-berkas. Saat itu juga Adrian mendapatkan keberuntungan yaitu sekelas dengan Brandon.

"Udah belum?" tanya Brandon menghampiri Adrian yang sudah selesai mengurus berkas.

"Udah, ternyata gua sekelas sama lo."

"Kita pulang aja sekarang," ajak Brandon kepada Adrian.

Adrian hanya mendengarkan saja, ia melihat sekeliling lalu menanyakan kepada Brandon.

"Bran, gebetan lo yang namanya Donia yang mana?" tanya Adrian yang mata nya masih melihat sekeliling.

"Gak satu kampus."

Adrian yang menyadari kalau dirinya ditinggal Brandon pun langsung mengiringi langkah jalan Brandon yang disamping kirinya.

"Kok lo bisa tahu?"

"Bisa lah, apa sih yang gua gak bisa," jawab Brandon dengan sombong sambil menghilangkan kebohongannya dari Adrian.

Adrian yang hafal betul kapan Brandon berbohong pun tahu. "Gausah boong deh bos."

"Lo stalkerin kan? Secara lo mana mau cari Donia dengan sendiri tanpa bantuan gua," sambung Adrian lagi dengan sombong.

Memang betul, setiap Brandon mencari sesuatu info tentang apapun. Pasti selalu minta bantuan kepada Adrian. Tapi kali ini Brandon mencari tahu sendiri tanpa minta Adrian.

"Mata-mata gua banyak, gua bisa minta cariin info ke orang lain lah," jawab Brandon yang memasukin mobil didepan samping stir mobil.

Adrian ikut masuk lalu menjalankan mobilnya. Yang membawa mobil ialah Adrian. Sudah menjadi kebiasaan Adrian yang menyetir.

"Bos, gua tahu semua mata-mata lo, minta cariin siapa lo?" tanya Adrian yang mulai menggali Brandon.

"Ada dah, harus banget lo tahu?"

"Boong lo ya? Mata-mata lo sama aja mata-mata gua, kalau lo perintahin mereka yang pasti mereka kasih tahu ke gua dulu lah, gua ibaratnya manager mereka," jawab Adrian smirk. Kali ini Brandon kalah telak dengan Adrian.

"Berisik lo, gua cari tahu sendiri elah. Puas lo?" lirih Brandon sambil memukul Adrian dengan bantal leher.

Adrian tertawa puas meledek Brandon sambil menyetir. "Terus langkah selanjut gimana?"

"Gua bakal mantau dia aja sih lewat Ryan, kan Ryan pacaran sama Raras, nah Raras kan temen dekatnya Donia. Jadi gampang," jelasan Brandon.

"Mantau mulu, gerak dong bro. Nanti kalau dia keburu dipacarin cowo lain gimana?"

Brandon terdiam. Ia tak tahu harus menjawab apa. Kemungkinan Brandon bakal patah hati banget.

"Kalau Donia udah punya pacar, lo masih tetep suka?"

"Sepertinya masih," lirih Brandon yang melihat jalanan ke jendela mobil.

"What? Kok masih sih? Kenapa gak move on lo?"

Brandon menoleh ke arah Adrian lalu menjawab dengan tenang. "Kan cuman pacar, bukan suami. Jadi masih jalur kuning itu mah."

"Buset, tapi kan lo gak pernah pacaran."

"Pernah waktu gak ada lo, tanpa sepengetahuan lo, gua pernah pacaran."

"Anjirr pas gua ke negara lain ya? Yang bisnis itu," jawab Adrian yang mengingat pernah meninggalkan Brandon karena kerja kantorannya.

"Iyaps, gua kan luang banget. Jadi gua gunain buat cari cewek lain tapi ternyata gagal. Hati gua tetep Donia," lirih Brandon yang tak berdaya bersuara.

"Wanjir, berapa cewek lo pacarin?"

"Dua, dan gua punya temen cewek. Setahu gua temen cewek suka sama gua tapi gua ga perduli sama perasaan dia, karena emang gua mau nya berteman aja."

"Anjir, dingin-dingin cewek lo banyak juga ya, Brand!"

"Gak, waktu sama mereka. Gua ilangin dingin dan cuek nya," jawab Brandon.

"Oh gitu, licik juga ya lo. Gua susah kerja bisnis keluar negara. Lo sebagai bos malah mainin cewek."

Sampai lah mereka di apartement. Mereka berdua satu apartement, biar ada teman lagi pula apartementnya sangat lah gede. Tidak mungkin hanya Brandon seorang yang tinggal disitu.

Bersambung...

BrandonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang