|| 39. Flasback Perkemahan ||

564 100 4
                                    

Flashback di Perkemahan

Saat ini, semua orang sedang mencari Donia di dalam hutan. Aurel dan Arvin berada di tenda, terpaksa menunggu sambil menjaga tenda sesuai instruksi pembina. Pembina melarang mereka untuk mencari Donia, khawatir jika Donia sudah kembali sendirian ke perkemahan.

Namun, hati Aurel tidak tenang. Kekhawatiran melanda pikirannya, dan meskipun ia sudah meminta izin untuk mencari Donia, pembina tetap tidak mengizinkannya.

"Arvin, ayo kita cari Donia!" ajak Aurel dengan suara bersemangat, berusaha membangkitkan semangat Arvin yang asyik bermain handphone di sampingnya.

Arvin menoleh, menatap Aurel sejenak. "Jangan! Nanti kalau kita pergi dan Donia tiba-tiba datang ke tenda, gimana?" jawab Arvin, berusaha mengingatkan Aurel.

"Iya, juga ya! Tapi bagaimana dong, Vin?" balas Aurel, suaranya meredup. Kekhawatirannya semakin mendalam.

"Ish, aku khawatir banget sama Donia!" tambah Aurel yang cemas sekali

"Kalau dia dimakan harimau, gimana?" celetuk Aurel lagi yang semakin takut dan berimajinasi.

"Atau dimakan hewan buas gimana?" Aurel melanjutkan, membayangkan berbagai hal buruk yang bisa terjadi.

"Atau, kalau dia ketemu hantu gimana? Kan dia anak indigo!" panik Aurel, semakin gelisah dengan imajinasinya.

Arvin terkejut. "Kamu tahu dari mana kalau Donia anak indigo?" tanyanya, teringat pembicaraan sebelumnya.

"Waktu Rangel, Donia sama Rara pergi cari kayu. Rara cerita ke aku, katanya Donia bisa melihat hantu. Ya, semacam anak indigo, kan?" Aurel menjelaskan, suaranya sedikit bergetar.

"Sepertinya itu indigo!" jawab Arvin, meskipun dia juga merasa ragu.

"Ayo, cari Donia yuk, Vin!" Aurel menarik lengan Arvin, bersikeras ingin mencari Donia.

"Jangan, kita disuruh di sini!" Arvin menahan Aurel, berusaha menjaga ketenangan.

"Ih, aku khawatir banget tahu! Takut, Donia kenapa-kenapa!" Aurel terus mengeluh sambil mengoyang-goyangkan lengan Arvin, tidak bisa mengendalikan emosinya.

Arvin merasa risih, tapi dia tahu Aurel sedang cemas. Satu-satunya cara untuk menenangkan Aurel adalah dengan menariknya ke dalam pelukan.

"Shutt, udah tenang! Donia pasti ketemu kok! Kita doain saja yang terbaik, semoga Donia segera ditemukan," bisik Arvin lembut, berharap bisa meredakan kegelisahan Aurel.

Meskipun begitu, Aurel tetap saja belum tenang. Dia menutup matanya dan terus berdoa dalam hati, berharap Donia cepat ditemukan.

Aurel semakin tidak tenang, dan dia membayangkan semua kemungkinan buruk yang bisa terjadi pada Donia. Dia tahu pikirannya terlalu berlebihan, tetapi rasa khawatirnya menguasai.

"Arvin, bayangkan kalau Donia benar-benar di hutan sendirian, di mana tidak ada orang lain," kata Aurel, matanya mulai berbinar dengan air mata.

"Tenang, Aurel. Jangan berlebihan. Kita akan mencari cara untuk membantu," Arvin berusaha menenangkan Aurel, tapi wajah Aurel tetap penuh kecemasan.

"Bagaimana kalau kita... kita keluar dan cari dia? Pembina tidak akan tahu, kan?" usul Aurel dengan harapan, meskipun dia tahu itu berisiko.

"Kalau kita melanggar aturan, kita malah bisa dimarahi," Arvin menjawab, mengingat tanggung jawab mereka.

"Tapi aku tidak bisa diam di sini! Setiap detik terasa seperti selamanya!" Aurel tidak bisa menahan emosinya lagi.

Arvin menghela napas, melihat betapa stresnya Aurel. "Oke, kita akan tetap di sini sebentar lagi. Tapi kalau situasinya tidak membaik, kita harus berani mengambil risiko," katanya tegas.

Aurel mengangguk, meski masih terlihat gelisah. Dia berdoa dalam hati agar Donia segera ditemukan dengan selamat.

"Semoga Donia baik-baik saja," ucap Aurel lirih, berharap harapan itu bisa membawa Donia pulang.

Flashback close

Bersambung...

BrandonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang