|| 90. Konsep Foto Dengan Warna Baju Yang Sama ||

23 3 0
                                    

Setelah Brandon selesai mengunggah ulang story dari Adrian, mereka akhirnya tiba di kafe yang dituju. Saat parkir, Brandon langsung menatap area depan kafe dengan mata berbinar. “Ini dia, bro! Tempat Donia foto kemarin. Gue harus banget ambil foto mirror di sini.”

Adrian menatap sekeliling kafe, melihat betapa Instagrammable tempat itu. “Lo bener, ini tempatnya bagus banget buat foto. Kita langsung aja ke area kaca, kali aja masih kosong.”

Brandon berjalan dengan cepat, mencari sudut yang tepat di mana Donia sebelumnya mengambil foto. Tak lama, mereka sampai di area dengan kaca besar yang menutupi hampir seluruh dinding. Pantulan cahaya dari lampu-lampu hias di atas membuat suasana kafe tampak lebih menarik di kamera. Brandon berdiri di depan kaca, dengan kemeja navy yang sengaja dibuka, memperlihatkan kaos putih di dalamnya—outfit yang hampir sama dengan Donia.

“Oke, Adrian, lo siap fotoin gue? Gue mau bikin gaya yang sama kayak Donia, tapi versi gue,” ujar Brandon sambil membetulkan letak kemejanya.

Adrian mengangguk, mengeluarkan ponselnya dan mulai memposisikan kamera. “Coba lo hadap ke kaca, tapi jangan terlalu lurus. Lo harus kelihatan santai, kayak lagi ngaca tanpa sadar ada yang fotoin. Gue yakin ini bakal keren.”

Brandon mengatur posenya, berdiri sedikit miring ke arah kaca, menatap refleksinya dengan gaya santai. Efek pantulan kaca membuatnya terlihat dua kali, memberikan kesan foto mirror yang dramatis. Cahaya natural dari jendela besar di samping mereka membuat hasil fotonya tampak sempurna.

“Siap! Tiga, dua, satu... Jepret!” seru Adrian.

Brandon mengubah sedikit posenya, kali ini dengan menaruh satu tangan di saku celananya, menatap refleksinya dengan lebih intens. “Gue pengen yang lebih dramatis lagi, bro. Gue harus kelihatan kayak versi lebih cool dari Donia,” candanya.

Adrian tertawa dan mengambil beberapa foto lagi dari sudut yang berbeda. “Oke, ini gue yakin lo bakal puas banget. Nih, lihat hasilnya.”

Brandon melihat hasil foto di layar ponsel Adrian dan tersenyum lebar. “Wah, ini keren banget! Lo hebat juga ternyata. Gue langsung post di story, nih!”

Brandon mengedit sedikit fotonya dan menambahkan filter yang lembut untuk menonjolkan kesan elegan. Ia pun mengunggahnya ke Instagram story dengan tanpa caption sambil menandai lokasi kafe dan Adrian.

Sambil menunggu reaksi dari followers-nya, mereka duduk santai menikmati minuman yang mereka pesan.

“Menurut lo, Donia bakal lihat story gue ini?” tanya Brandon sambil menyesap kopinya.

“Pasti, bro. Lagian, lo kan sengaja ngambil konsep foto yang mirip sama dia. Gue yakin dia bakal notice,” balas Adrian sambil tersenyum.

Beberapa menit kemudian, ponsel Brandon bergetar. Notifikasi Instagram muncul, menunjukkan bahwa beberapa teman mereka sudah mulai merespon story-nya.

“Wah, cepet banget orang-orang pada notice,” gumam Brandon sambil tersenyum puas.

Sambil terus ngobrol santai, Brandon tiba-tiba melihat notifikasi baru yang membuatnya terdiam sejenak. Donia telah melihat story-nya.

Adrian, yang memperhatikan perubahan ekspresi Brandon, bertanya dengan nada penasaran, “Kenapa? Dia lihat story lo?”

Brandon mengangguk pelan sambil tersenyum kecil. “Iya, dia lihat.”

Adrian tertawa. “Gue bilang apa, kan? Santai aja, bro. Satu langkah lebih dekat, mungkin.”

Brandon hanya mengangguk, masih merasakan sedikit debar di hatinya. Meski mereka tidak bertemu Donia hari ini, setidaknya langkah kecil ini membuatnya merasa lebih dekat dengannya.

BrandonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang