Donia sedang bersantai di kamarnya, melirik ke ponselnya yang bergetar. Notifikasi Instagram muncul, memberi tahu bahwa Brandon baru saja mengunggah story. Donia sudah beberapa kali melihat Brandon di timeline-nya belakangan ini, tapi entah kenapa kali ini ia merasa penasaran. Ia membuka story pertama—sebuah video yang tag an diunggah Adrian, menunjukkan Brandon bernyanyi dengan keceriaan saat di mobil.
Donia tersenyum kecil, lalu menggeser ke slide berikutnya. Foto Brandon di depan cermin besar dengan kemeja navy dan kaos putih di dalamnya. Tiba-tiba senyum Donia memudar, matanya terfokus pada foto tersebut.
"Ini… outfit yang sama kayak yang gue pakai kemarin…" pikirnya. Dia menatap foto itu lebih lama, melihat detail-detail yang membuatnya berpikir lebih dalam.
Sambil duduk di tepi ranjang, Donia merasakan ada sesuatu yang aneh. Bukan hanya soal Brandon yang mengenakan pakaian serupa, tapi juga cara dia berpose di depan kaca, hampir seperti meniru foto yang Donia unggah beberapa hari lalu. Perasaan campur aduk mulai muncul di hatinya.
"Kebetulan? Atau… dia sengaja?" Donia menggeleng pelan, mencoba berpikir lebih jernih.
Rasa penasaran makin mengganggunya. Ia membuka ulang story Brandon, kali ini memperhatikan lebih detail setiap sudutnya.
Tiba-tiba firasatnya menjadi lebih kuat. Brandon tidak hanya meniru outfit-nya, tapi sepertinya sengaja membuat foto dengan konsep yang mirip.
"Kenapa dia melakukan ini?" pikir Donia dalam hati. Ia ingat bahwa mereka pernah bertemu di beberapa kesempatan, tapi tidak terlalu dekat. Namun, dengan apa yang dilihatnya sekarang, rasanya ada sesuatu di baliknya.
Donia menutup ponselnya dan terdiam. Mungkin hanya kebetulan, tapi bagian dari dirinya merasa ada hal lain. "Apa mungkin dia mencoba menarik perhatian gue?" Sambil melirik lagi ke ponsel.
Donia merasa sedikit bingung. Meski ada rasa aneh, bagian dari dirinya juga merasa tersanjung. Brandon, yang biasanya tidak terlalu dia perhatikan, sepertinya menyimpan maksud yang lebih dari sekadar unggahan biasa.
Dalam keheningan itu, Donia memutuskan untuk tidak terlalu cepat menarik kesimpulan. Dia akan menunggu dan melihat apakah ada langkah selanjutnya dari Brandon. Tapi untuk saat ini, pikiran tentang Brandon yang secara sengaja atau tidak, berusaha mendekatinya melalui cara-cara yang halus, tetap menghantui pikirannya.
Donia kembali melihat ponselnya dan menggulir kembali story Brandon. Kali ini, dia tersenyum tipis, sedikit penasaran dengan apa yang akan terjadi selanjutnya. "Apa sih sebenarnya yang dia rencanakan?"
"Apa Brandon masih menyukaiku?" pikirnya Donia.
"Eh tapi kan, udah 3 tahun ga sih ga ketemu. Masa masih ada rasa suka sama aku?" pikirnya Donia lagi dan lagi.
Donia menutup ponselnya perlahan, tetapi pikirannya tetap bergelut dengan pertanyaan yang tak kunjung henti. Tiga tahun sudah berlalu, namun kenangan tentang Brandon masih sering terlintas, meski samar-samar. Sesuatu yang tak sepenuhnya terlupakan, atau mungkin, tidak ingin dilupakan.
"Mungkin cuma kebetulan," gumamnya, berusaha mengalihkan perhatian dari semua spekulasi yang berputar di kepalanya. Namun, semakin dia berusaha melupakan, semakin kuat ingatan itu kembali. Tatapan Brandon yang dulu, cara bicaranya yang selalu tenang, semua memori itu seakan terbangun lagi hanya dari satu story sederhana.
Donia menarik napas panjang.
"Kalau pun dia masih punya perasaan, kenapa sekarang? Kenapa baru sekarang muncul lagi?" tanyanya dalam hati, kali ini lebih pada dirinya sendiri. Ada perasaan campur aduk yang sulit dijelaskan—antara penasaran, ragu, dan... mungkin sedikit berharap. Tapi Donia tak ingin terbawa perasaan terlalu jauh. Bukankah sudah lama mereka menjalani hidup masing-masing tanpa saling peduli?
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Brandon
RomantizmBrandon, seorang cowok yang tak pernah tertarik pada cewek, selalu menganggap mereka ribet, cengeng, dan menjijikkan. Namun, pandangannya berubah ketika dia bertemu Donia, gadis tangguh yang memiliki sisi manja dan pemberani. Meski Donia seorang ind...