|| 33. Rumah Sakit ||

690 124 71
                                    

Di rumah sakit, Daniel dan Brandon menunggu di luar ruangan Donia, penuh ketegangan. Beberapa menit kemudian, dokter keluar dari ruangan dan menghampiri mereka.

"Saat ini, kondisi pasien sudah membaik. Dia akan segera dipindahkan ke ruang rawat!" ujar dokter, memberikan kabar baik sebelum pergi meninggalkan mereka.

"Hei, biarlah aku urus administrasinya. Kau pergi ke ruang rawat sebelum aku berubah pikiran!" ujar Daniel tanpa menoleh. Ucapan Daniel membuat Brandon terkejut. Tanpa membuang waktu, Brandon segera melangkah masuk ke dalam ruangan Donia, berusaha menyusul sebelum Daniel berubah pikiran.

Daniel berdiri di luar, memikirkan sesuatu sambil bergumam, "Sepertinya kamu berbeda dengan kakakmu." Dengan langkah berat, ia menuju administrasi pembayaran, masih terbayang dalam pikirannya tentang keputusan yang harus diambil.

Di dalam ruangan, Brandon berlari mencari Donia dan segera menghampirinya, duduk di kursi kosong di samping tempat tidur. Dengan lembut, ia mengusap tangan Donia sambil menunggu gadis itu tersadar dari tidurnya.

Donia perlahan membuka matanya dan mengerjap dalam kebingungannya. "Argh, a-aku di mana?"

"Rumah sakit," jawab Brandon, suaranya datar namun penuh rasa perhatian. Saat itu, Daniel masuk ke ruangan, dan Brandon serta Donia langsung menoleh ke arahnya.

"A-abang!" ujar Donia dengan suara lemah namun penuh rasa syukur.

Daniel segera menghampiri Donia, ekspresinya penuh kekhawatiran. "Hei, menyingkirlah!" kata Daniel kepada Brandon dengan nada tegas, tidak sabar untuk memastikan keadaan adiknya.

Brandon memilih untuk menyingkir tanpa berdebat, mengetahui betapa khawatirnya Daniel terhadap Donia.

"Aku di sini! Kamu tidak apa-apa? Apakah masih sakit?" tanya Daniel, dengan lembut memegang tangan kanan Donia, matanya menunjukkan kecemasan mendalam.

Donia tersenyum meski lemah, merasakan kenyamanan dari kehadiran kakaknya. "Aku gapapa, bang!"

Daniel menghela napas lega. "Syukurlah kalau kamu baik-baik saja! Aku takut kalau kamu hilang dan ayah tahu soal kamu," ungkapnya, terbayang kekhawatirannya jika ayah mereka mengetahui kejadian ini.

"Aku tahu, dan aku takut banget bang!" Donia menjawab, suaranya masih bergetar.

"Jangan takut! Kamu sekarang sudah aman!" kata Daniel, berusaha menenangkan adiknya. Tiba-tiba, terdengar ketukan pintu yang mengguncang suasana ruangan.

Tok ... Tok ... Tok

"Permisi, tuan! Saya mau lapor!" ujar seorang bodyguard yang masuk ke ruangan. Donia, Brandon, dan Daniel menoleh ke arah bodyguard tersebut dengan penuh perhatian.

"Lapor apa?" tanya Donia, penasaran dengan berita yang dibawa bodyguard.

"Saya sudah menemukan orang yang membuat nona Donia hilang!" ujar bodyguard dengan nada serius.

Brandon langsung menatap bodyguard dengan mata penuh pertanyaan. "Dia sekarang ada di mana?" tanyanya dengan tegas, tidak sabar untuk mendapatkan jawaban.

Ruangan itu kembali hening, sementara semua orang menunggu jawaban dari bodyguard dengan rasa penasaran yang mendalam.

Bersambung...

Jangan lupa vote dan koment ya! Share ke teman buat baca cerita ini!

BrandonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang