|| 38. Diledeki ||

600 121 77
                                    

Beberapa menit kemudian, Arvin dan Aurel tiba di depan ruang rawat Donia dan masuk berdua ke dalam ruangannya. Brandon sudah berada diruang rawat Donia bersama Ryan, Rara, dan Daniel.

Aurel tak sabar, sedikit berlari menuju kasur tempat Donia terbaring. "Donia, kamu baik-baik saja?" tanyanya dengan penuh perhatian.

"Apakah masih sakit?" Aurel melanjutkan, khawatir.

"Kakimu masih sakit nggak?" tanya Aurel lagi, suaranya semakin bersemangat. Semua yang berada di ruangan Donia hanya bisa tertawa melihat ekspresi kekhawatiran Aurel yang sangat jelas.

"Aku baik-baik saja, Aurel!" jawab Donia, mencoba menenangkan.

"Kakiku sudah membaik kok," sambungnya dengan senyuman. Dia merasa senang Aurel begitu khawatir akan keadaannya.

"Terima kasih ya! Udah khawatir denganku!" Donia menambahkan, merasa tersentuh oleh perhatian Aurel.

"Apa-apaan? Aku? Khawatir sama kamu?" tanya Aurel sambil berpura-pura tidak peduli.

"Siapa yang khawatir sama kamu! Orang, aku takut diomelin sama pembina gara-gara kamu hilang!" Aurel menjelaskan dengan wajah tidak peduli, meskipun ada sedikit keraguan di dalam nada suaranya.

"Eh, tadi siapa yang khawatir, Donia? Padahal pas nyari kamu, Aurel kelihatan sangat khawatir!" sahut Arvin, mengingatkan kembali suasana di perkemahan.

"Hah? Apaan sih! Kapan aku bilang khawatir sama Donia?" Aurel berusaha berpura-pura tidak mengingatnya. Namun, di dalam hatinya, ia memang sangat khawatir.

"Hei, aku dengar sendiri kok! Kamu tetap bersikukuh untuk mencari Donia, padahal sama pembinanya tidak boleh mencari. Kita berdua tuh harus tetap di tenda!" Arvin menjelaskan kepada Donia dengan antusias.

"Benarkah?" tanya Donia, tampak tidak percaya.

"Arvin, apakah Aurel sungguh mengkhawatirkanku?" tanyanya lagi, mencari kepastian.

Arvin mengangguk mantap dan berkata kepada Donia. "Aku nggak pernah bohong! Percaya saja sama aku, Aurel memang mengkhawatirkan kamu!"

"Oh, gitu ya Vin! Tapi, dianya nggak mau ngaku tuh!" sindir Donia, melirik Aurel dengan senyum nakal.

Aurel langsung merasa gugup dengan sindiran Donia, wajahnya memerah. "I-itu kan... ah, sudahlah!" jawabnya, berusaha menutupi rasa malunya, meski hati kecilnya merasa senang mendengar Donia menyadari perhatian yang ia berikan.

Bersambungg....

BrandonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang