Chapter 72

199 64 5
                                    

Sampai lah Brandon ditempat tujuannya. Dia langsung masuk dan mencari kamarnya, sampai dikamarnya Brandon merebahkan tubuhnya dikasur sebentar.

Tanpa sadar Brandon ternyata tertidur. Kedua orang tuanya baru saja tiba, keduanya mencari Brandon dan Candy tetapi nihil, mereka tidak menemukannya.

Diruang tamu sangat sepi tidak ada orang sama sekali. "Brandon, kemana Bund?"

"Aku tidak tau," jawab Bunda.

"Aku kan dari tadi sama kamu terus," sambung bundanya lagi.

"Apa mereka berdua dikamar Brandon?" tanya ayahnya.

"Ish gak boleh cewek sama cowok satu kamar didalam," ucap bunda yang gak suka sama pertanyaan ayahnya.

"Bunda akan check ke kamar Brandon dulu, bunda harap tidak ada Candy didalamnya. Kalau ada, Bunda benar-benar tidak setuju sama perjodohan yang kamu bikin," ancam Bunda kepada ayahnya.

Bunda langsung pergi ke kamar Brandon yang berada dilantai kedua. 5 menit sampai buat menuju ke kamar Brandon.

Tiba didepan kamarnya, Bunda mencoba mengetuk pintu terlebih dahulu agar lebih sopan.

Tok...tok...

Tok...tok...

"Brandon."

Tok...tok...

"BRANDON."

Tok...tok...

"Kamu didalam kan, Nak?"

Tok...tok...

Masih tidak ada suara sama sekali, Brandon tidak menjawab panggilan bundanya. Sampai akhirnya bunda mencoba lagi memanggilnya.

"BRANDON."

masih sama seperti tadi. Tidak ada sahutan dari Brandon didalamnya. Bunda mencoba membuka pintu kamar Brandon yang ternyata tidak dikunci dari dalam.

"Tidak dikunci," gumam Bunda.

Bunda langsung lancar masuk ke dalam kamarnya Brandon. Saat tiba dikamarnya, Bunda melihat Brandon yang sedang tidur.

"Ternyata kamu tidur."

"Capek ya," sambung bundanya.

Bundanya langsung mendekat ke arah Brandon dan mengelus rambut Brandon. Bundanya mencoba membenarkan posisi tidur Brandon agar kaki Brandon tidak ngegantung dikasur.

Setelah membenarkan posisi tidur Brandon. Bunda melepaskan jaket yang dikenakan Brandon, dengan hati-hati Bunda membukanya agar Brandon tidak terbangun.

Selesai sudah melepaskan jaketnya, Bunda langsung duduk dipinggir kasur dan melihat wajah lelah Brandon.

"Harusnya kamu tidak dijodohkan, Nak. Tetapi ayahmu lah agak egois memperjodohkan kamu untuk bisnisnya."

"Tapi tenang saja, bunda akan membantu kamu agar tidak dijodohkan, bunda tau pilihan cewek kamu itu anak yang baik-baik," sambung bundanya lagi.

Bundanya mengusap rambut Brandon dengan pelan-pelan. Sesekali Bunda mencium kening Brandon.

"Tidur yang nyenyak ya, bunda akan mencoba untuk melihat karakter dari Candy terlebih dahulu, sebenarnya bunda tidak setuju sih kamu dengan Candy. Tetapi ayahmu lah yang ingin sekali dengannya," gumam bunda.

Sengaja bunda berbicara ketika Brandon tertidur. Agar Brandon tidak tahu jika Bundanya merencanakan sesuatu.

Selesai sudah, Bundanya keluar dari kamar. Dan mulai turun menghampiri ayah. Tibalah dihadapan ayahnya dan duduk disofa ruang keluarga.

"Gimana? Apakah kamu menemukan Brandon?" tanya ayahnya yang melihat bunda sudah duduk disebrang dirinya.

"Sudah, dia ada dikamarnya tapi tertidur."

"Apakah ada Candy?" tanya ayahnya.

"Tidak ada, hanya Brandon!"

"Lalu kemana Candy? Kenapa dia tidak bersamanya?" tanya Ayahnya yang mulai mengambil ponsel didalam kantug celananya dan membuka ponsel untuk menghubungi ayahnya Candy.

Bundanya yang tahu gerak-gerik ayahnya ingin melakukan apa. Langsung dengan segera Bunda mencegahnya dengan alasan Bunda.

"Aku tidak tahu, sebaiknya biar Brandon saja yang mengurus. Lagian dia tertidur jangan sampai terganggung," alasan Bunda agar ayahnya tidak menelepon ayahnya Candy.

"Baiklah," jawab ayahnya sambil menutup ponselnya dan meletakkannya kembali didalam kantung celana.

Bersambungg.....

BrandonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang