|| 32. Ribut ||

652 85 57
                                    

Di dalam mobil...

"Pak, bawa mobilnya ngebut aja!" ujar Daniel kepada supir. Tapi, supirnya menolak. Karena dia takut jika melanggar lalu lintas.

"Tidak, nanti kita akan di tilang!"

"Cih, yaudah! Tapi cepatan bawa mobilnya! Aku takut adikku kenapa-kenapa!" jawab Daniel kesal. Dia benar-benar sangat khawatir dengan adiknya.

Di perjalanan, mereka mendapatkan masalah. Karena perjalanan mereka macet. Dan itu membuat Daniel dan Brandon kesal. Bagaimanapun juga mereka harus menaati peraturan lalu lintas.

"Sialan, kenapa mesti macet sih! Donia sudah kedinginan banget ini!" ujar Brandon kesal. Dia merasa kalau Donia sudah kedinginan.

Beberapa menit kemudian, mereka telah melewati jalanan macet. Dan Daniel menyarankan kepada supirnya untuk melewati jalan pintas menuju rumah sakit.

"Pak, mending kita lewat jalan pintas saja! Biar cepat!"

"Saya tidak tahu jalan pintasnya!"

"Aku tahu jalan pintasnya!" ujar Brandon. Brandon selalu mengeliling jalanan bersama Ryan. Karena mereka berdua, suka sekali berjalan-jalan dengan motor kesayangannya.

Oleh sebab itu, Brandon tahu jalan pintas menuju rumah sakit yang akan mereka ngunjungi untuk Donia berobat.

Daniel menoleh ke arah Brandon. "Seriusan?" Daniel tidak percaya dengan Brandon. Karena dia masih ada rasa tidak suka dengan Brandon.

"Serius! Nanti belok kiri saja, pak!" pinta Brandon kepada supir.

"Jangan! Jangan dengerin dia!"

"Hei, kamu mau adikmu kenapa-napa?"

"Ya, enggak lah!"

"Kenapa kamu menyuruh supirmu untuk tidak mendengarkanku?" tanya Brandon kesal. Dia sangat kesal dengan Daniel. Lagi keadaan penting gini malah tidak mau mendengarkan ucapannya.

"Karena, aku tidak percaya denganmu!"

"Hei, udah percaya sama aku! Aku gak akan menyakiti adikmu!"

"Sekalinya aku bilang tidak! Ya tidak!"

"Aku benar-benar menyayangi adikmu! Kalau aku tidak menyayangi adikmu, lalu kenapa aku bisa membawa adikmu ditanganku?" ujar Brandon tulus. Dia ingin memperlihatkan tulusnya kepada Daniel. Karena Brandon, benar-benar menyayangi Donia.

Daniel terdiam. Dia sedang mencerna ucapan Brandon. Tapi, dia juga masih ada rasa tidak suka terhadap Brandon. Brandon yang melihat Daniel sedang berpikir langsung membuka pembicaraan.

"Udahlah jangan banyak mikir! Emang gak kasian apa sama adikmu ini? Dia sedang kedingininan ini!"

"Yaudah, pak! Ikutin ucapan Brandon!" ujar Daniel kepada supirnya. Dia terpaksa mengikuti ucapan Brandon. Karena dia tidak mau adiknya kenapa-napa.

"Baik, saya akan belok kiri!" Supirnya langsung membelokkan mobilnya ke kiri. Dan supirnya mengikuti arah yang diucapkan Brandon.

Benar saja yang diucapkan Brandon. Mereka telah sampai di rumah sakit dengan cepat. Lalu Brandon segera keluar dari mobil dan berlari masuk ke dalam rumah sakit.

Daniel segera membuka pintu mobilnya dan menutupnya kembali. Dia mengikuti Brandon dari belakang.

"Sus, ada kamar yang kosong? Ada pasien yang sedang kedinginan! Dan keadaan dia pingsan!" ucap Brandon kepada suster yang berada di hadapannya.

"Ada, di sebelah sana!"

Brandon dan Daniel segera menuju kamar kosong dan mencari dokter. Lalu mereka menemukan dokter. Dan Donia segera dibawa ke dalam UGD.

"Semoga kamu baik-baik saja ya!" gumam Daniel. Dia berharap adiknya tidak terjadi apa-apa.

"Awas aja ya Rangel! Kalau Donia terjadi sesuatu, aku gak akan segan-segan menghajarmu!" gumam Brandon.

Bersambungg....

Jangan lupa vote dan koment ya! Share ke teman-teman buat baca cerita ini!

BrandonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang