___HAPPY READING___
.
.
.
___________Happy birthday to you...
Happy birthday to you...
Happy birthday...
Happy birthday...
Happy birthday Ania...Gemuruh riang suara tepukan tangan seluruh tamu acara terdengar nyaring ditelinga Ania dengan tawa dan senyum bahagia yang disusul dengan pelukan hangat Anita.
"Selamat ulang tahun sayang. Semoga panjang umur, sehat selalu dan tambah cantik." doa Anita sambil mencium pipi Ania.
Ania membalas ciuman Anita di pipi kanan wanita itu. "Makasih Mah,"
"Sama sama sayang."
"Ekhem, Selamat ulang tahun. Doa terbaik untuk kamu." Aldi berucap tanpa ekspresi apapun sambil memeluk Ania kilas.
Belum sepat Ania membalas pelukan itu, Aldi sudah terlebih dahulu melepasnya. "Papah beliin hadiah buat Ania 'kan?" tanyanya dengan harapan yang sangat besar.
"Nggak, Papah gak sempet beliin kamu hadiah."
Ania tersenyum kecut mendengar ucapan Aldi. "Iya nggak papa, Pah."
Padahal, dalam hatinya sangat tertusuk dengan realita yang didengarnya saat ini. Apa sesusah itu untuk Aldi memberi hadiah Ania ulang tahun? Ania tidak apa, seandainya hadiah yang Aldi beri sekecil biji mentimun pun, asalkan Aldi lah yang memberikannya dengan niatan sendiri.
Meski harapannya harus terkubur lagi, tetapi Ania akan tetap menantinya tahun esok. Dia berjanji pada dirinya sendiri akan menunggu tahun-tahun berikutnya sampai Aldi mewujudkan harapannya walau terlambat sekalipun.
Adhit menatap iba Ania yang berada di sebelahnya, dia sangat tau gimana perasaan adiknya sekarang. Aldi memang tidak pernah memberi Ania sebuah hadiah atau kejutan spesial di hari ulang tahunnya. Hanya sebuah doa saja yang Aldi lontarkan, itu pun sangat singkat.
Adhit tidak tau apa yang dipikirkan papahnya, disaat Anita-istrinya ulang tahun, dengan sweet Aldi memberikan satu unit mobil mewah keluaran terbaru sebagai hadiah. Dan disaat Adhit berulang tahun sebulan yang lalu, Aldi juga ngasih Adhit satu unit motor ninja seperti yang diinginkannya.
Tetapi kenapa setiap Ania berulang tahun Aldi tidak pernah memberi hadiah, selalu saja dia beralasan lupa, tidak sempat, atau bahkan juga nanti. Hal tersebut terus Aldi lakukan berulang kali hingga sampai umur Ania yang sekarang.
"Dek, ini hadiah buat lo," Adhit menyerahkan kotak yang berukuran agak besar ke tangan Ania, yang langsung diterima oleh Sang empu.
Ania menerimanya dengan senyum manis. "Makasih bang."
"Sama-sama, jangan lupa dipakai," perintah cowok itu seraya mengacak-acak rambut adiknya.
Ania tersenyum saat abangnya memperlakukan dia layaknya adik perempuan dengan baik, walau hanya sesaat.
Tetapi senyum itu hanya bertahan beberapa detik, ekspresi wajahnya berubah ketika Aldi beranjak dari acara menuju ke dalam rumah.
Anita mendekat ke arah putrinya, dia mengelus-elus lengan Ania dengan lembut. "Papah bilang harus mengurus berkas buat besok meeting." ucapnya seakan menjawab semua pertanyaan yang ada dipikiran Ania.
Ania kembali tersenyum paksa. "Iya Mah, Ania ngerti papah sibuk."
"Ya udah, Mamah temui tamu dulu yah," pamit Anita beranjak pergi.
Ania mengedarkan pandangannya mencari seseorang hingga dia dikejutkan dengan sebuah tangan yang menepuk pundaknya pelan.
Sontak Ania langsung menoleh ke belakang. "Kak Hilda, ngagetin aja."
KAMU SEDANG MEMBACA
ANBELIN
Teen Fiction[Follow akun penulis dulu sebelum baca] Ania Octavian, gadis yang kerap disapa Ania itu identik dengan senyum yang manis. Tetapi siapa sangka, senyum itu ia tunjukkan hanya untuk tipuan belaka. Kehidupan Ania sangat berbanding terbalik dengan senyum...