76.

636 63 34
                                    

___HAPPY READING ___
.
.
.
___________

dretttt dretttt dretttt....

Bunyi deringan handphone yang mengalun nyaring di atas sofa dalam kamar membuat kegiatan Ania terganggu, lantas Ania berdecak sabar sebelum berjalan menuju sofa, mengambil handphone yang ternyata panggilan masuk dari Abi.

"Hallo?"

"Hallo, lo udah siap? Gue mau otw nih ke rumah lo."

Ania menyempatkan diri untuk berjalan menuju cermin, melihat betapa spesial penampilan dia di acara terakhir yang sekolah adakan sebagai bentuk pelepasan siswa-siswi SMA negeri Wira Bakti. Ania sedikit memutarkan tubuhnya di depan cermin, pakaian yang saat ini dia pakai cukup elegan dan pantas ditubuhnya dengan dress yang berwarna hitam sebatas mata kaki. Rambut yang digerai lurus, panjang. Dan hiasan lain seperti anting, dan hairclip yang Ania pasang sebagai penyempurna penampilannya.

Bibir Ania lantas mengulas senyum yang cukup meyakinkan diri dengan apa yang akan terjadi di malam ini. Walau sebenarnya, perasaan Ania akibat kejadian di sekolah lalu masih memenuhi otak lelahnya, tetapi Ania tetap berusaha menjadikan malam sekarang sebagai akhir malam spesial yang mengukir kenangan dimasa yang akan datang.

"Gue udah siap." jawab Ania pada akhirnya.

"Oke gue ke sana." suara itu kembali terdengar dan diakhiri dengan berakhirnya masa panggilan mereka.

Ania mengusap telapak tangannya saat keringat dingin yang tidak diharapkan merembes, keluar dari telapak tangan yang membuat rasa gelisah Ania semakin besar.

Ania menarik-keluarkan nafasnya perlahan-lahan, mencoba menenangkan diri dari perasaan tidak nyaman, yang sangat sulit untuk dijelaskan.

jam berdetak, menciptakan suara di dalam keheningan yang meliputi diri Ania hingga beberapa menit kemudian, suara mesin mobil juga ikut terdengar mengalihkan segala pikiran yang berkecamuk.

Mengetahui siapa pemilik suara mobil itu membuat Ania kembali memperhatikan tampilannya di kaca besar, seolah mengoreksi apa yang belum terlihat sempurna. Dan benar, saat dilihat kembali, ada satu kekurangan yang belum Ania terpenuhi, melihat leher yang sedikit terekspos tidak terdapat apa-apa. Terlihat polos dan memungkinkan mengundang hal yang tidak Ania inginkan. Lantas untuk mengalihkan ketidak inginan Ania itu, Ania kembali membuka laci meja rias, mencari-cari kalung yang sekiranya pas, seolah dijadikan perantara sebagai pusat perhatian.

Dan saat Ania mencarinya, ternyata, pandangan Ania tidak sengaja tertuju pada kotak hitam yang tersimpan di sana.

Ania mengambilnya, dia duduk dikursi depan meja rias membuka kotak tersebut yang di dalamnya berisi kalung. Kalung dengan bandul angsa yang sudah melekat di tengah-tengahnya. Ania memperhatikan kalung itu dengan perasaan yang kembali kacau.

Kalung yang dihiasi dengan permata dua warna itu adalah hadiah ulang tahun yang terakhir dari Alfin yang mungkin di tahun-tahun selanjutnya tidak akan pernah ia dapatkan lagi.

Ania menatap kalung itu dengan perasaan rindu dan mata yang sedikit memanas. Pantaskah jika dia memakai kalung yang telah usai hubungannya?

Tetapi seketika lamunan Ania kembali disadarkan oleh akal sehatnya, yang langsung tersadar saat seseorang berhasil masuk ke dalam kamar tanpa permisi dan berucap sepatah kata salam.

ANBELINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang