___HAPPY READING___
.
.
.
_____________Ania memandangi punggung Alfin yang tak jauh dari depannya dengan raut penuh tanda tanya. Pasalnya, dari saat keluar mobil, cowok itu enggan mengeluarkan suara sedikit pun. Bahkan dia berjalan mendahului Ania juga Bella.
"An. Are you okey?" Bella menghentikan langkahnya menatap Ania yang sendari tadi diam memandangi punggung Alfin. Bella tau, dari raut wajah Ania yang menunjukkan raut bingung atas sikap Alfin saat ini.
Alfin yang sedikit mendengar ucapan itu pun, perlahan memperlambat jalannya. Walau terlihat sedikit cuek, percayalah, ada setitik rasa khawatir yang menyeruak pada gadisnya saat ini.
Ania menggeleng sambil tersenyum tipis. "I'm okey," jawabnya. "Duluan gih, gue mau ke perpus bentaran."
"Gak mau gue temenin?"
"Gak usah, lo ke kelas aja biar gue sendiri." tolaknya halus sambil sedikit mendorong lengan Bella, menyuruhnya untuk segera pergi ke kelas.
Saat Bella sudah sepenuhnya menjauh berjalan ke kelas. Pandangan Ania kembali fokus ke punggung Alfin yang terdiam, menghentikan langkahnya.
Ania menghela nafasnya panjang. Jujur, dia paling tidak bisa disituasi seperti ini.
Perlahan tapi pasti, Ania mendekati Alfin yang tetap berdiri diam tak jauh dari depannya.
"Kita ada masalah?" tanya Ania to the point saat mengingat sikap Alfin yang berubah secara tiba-tiba.
Alfin menggeleng tanpa berkata sepatah pun, dan melanjutkan langkahnya lagi meninggalkan Ania yang tertawa hambar.
"Katanya udah dewasa, udah sama-sama ngerti satu sama lain. Kok nggak sama yang ini?"
Ucapan Ania barusan berhasil membuat langkah Alfin berhenti secara tiba-tiba. Cowok itu terdiam beberapa detik sebelum berbalik badan mengarah ke arah Ania.
"Bukan soal dewasa yang menjadi patokan hubungan. Tapi sikap biasa aja yang nggak harus selalu kemana-mana berdua."
Ania mencerna ucapan yang terlontar dari mulut cowok itu. Sungguh dia sangat-sangat tidak mengerti.
"Alfin, are you okey?" Ania kembali berjalan menghampiri Alfin, menggenggam tangan dingin cowok itu dengan hangat.
Alfin tertawa hambar sambil berdecih. "Nggak selamanya seseorang harus bersikap dewasa buat ngerti keadaan," usai mengatakan itu, Alfin melepas tangan Ania yang berada ditangannya dengan cepat, dan berlalu begitu saja menuju kelasnya.
Ania terdiam, ucapan Alfin barusan seolah menohok kata-katanya tanpa sadar.
___ANBELIN___
Bell istirahat mengalun sangat nyaring disetiap sudut sekolah yang membuat siapa saja bersorak senang dalam hati.
Pak Mamat, selaku guru matematika itu menghela nafasnya panjang. "Kenapa bel istirahat sekarang berbunyi sangat cepat?" tanyanya pada semua murid XII MIPA 1.
Semua murid yang berada di dalam kelas saling berpandangan satu sama lain. Ini waktu yang sangat lama bagi mereka, atau malah waktu yang sangat cepat bagi pak Mamat. Entah lah, yang jelas mereka ingin secepatnya terbebas dari jerat beban dunia ini.
"Baiklah, buat tugas minggu depan untuk mengasah otak kalian buat persiapan ujian. Kerjakan soal dibuku paket halaman 110-130. Kerjakan degan caranya. Dikumpulkan paling lambat tiga hari ke depan!"
KAMU SEDANG MEMBACA
ANBELIN
Teen Fiction[Follow akun penulis dulu sebelum baca] Ania Octavian, gadis yang kerap disapa Ania itu identik dengan senyum yang manis. Tetapi siapa sangka, senyum itu ia tunjukkan hanya untuk tipuan belaka. Kehidupan Ania sangat berbanding terbalik dengan senyum...