___HAPPY READING ___
.
.
.
____________Suasana ibu kota sore ini memancarkan cahaya redup yang kisarannya sangat mendukung perasaan seorang gadis yang ada di dalam mobil, duduk di sebelah kursi pengemudi.
Abi, yang tengah mengemudi, menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang, berjaga-jaga dengan banyaknya pengendara lain yang saling menyelip untuk menghindari cuaca buruk hari ini.
Jika diperkirakan atau bahkan dipastikan, hujan lebat akan mengguyur ibu kota dalam hitungan beberapa detik lagi begitu melihat warna awan yang menggumpal gelap seakan membawa ribuan air yang akan ditumpahkan secara cuma-cuma. Dan dari perkiraan tersebut lah yang membuat Abi berpikir untuk mengantarkan Ania dengan mobil milik papahnya yang sampai saat ini masih berada di sekolah, mengurus berkas-berkas pengunduran diri Bu Beti dan Pak Rian.
Melihat Ania yang terus melamun, menatap kosong ke arah depan dengan kepala yang menyender di jendela kaca sebelah, membuat Abi ikut terdiam, membayangkan betapa berat pengakuan kebenaran yang Ania terima saat ini.
"Lo mau sesuatu?" tanya Abi memecah keheningan diantara mereka.
Ania terdiam, dia berpikir sekejap. Tetapi seketika ia teringat, ada yang harus dibeli sebelum pulang ke rumah. "Mampir sebentar di minimarket. Gue mau beli sesuatu." ujarnya melirik Abi kilas.
Abi menganggukkan kepalanya. Dia mengendarai sambil melihat disekelilingnya, mencari minimarket yang Ania pinta. Tepat Saat ia melihat minimarket di depan sana. Abi langsung melambatkan mobilnya dan membelokkannya di depan minimarket.
"Mau gue beliin apa?" tanya Abi yang hendak turun dari dalam mobil.
Tetapi pergerakan Abi langsung ditahan oleh Ania. Cewek itu memegang erat lengan Abi seolah menyuruhnya untuk duduk kembali. "Biar gue aja. Ini urusan cewek." ungkap Ania yang melepas sabuk pengaman dan bersiap untuk keluar.
"Kenapa emang? Lo mau beli apa?" tanya Abi yang masih tidak mengerti dengan ucapan Ania yang katanya urusan cewek.
"Gue mau beli pembalut." jawab Ania santai sambil keluar dari dalam mobil menuju masuk ke minimarket, yang membuat Abi menatapnya dengan mata yang sedikit menjorok keluar.
Saat berada di dalam minimarket, tanpa basa basi, Ania langsung bergegas menuju ke jejeran rak yang terdapat berbagai merek daerah khusus wanita. Ania memilih satu diantara sepuluh lebih dari jenis merek.
Tetapi saat Ania akan mengambilnya, dia tidak bisa. Tinggi dari tempat barang itu tidak sesuai dengan tinggi badannya. Ania menggerutu kesal. Dia hendak berbalik badan memanggil pelayan toko yang mungkin bisa membantunya, tetapi seketika pergerakan Ania terhentikan. Ania tertegun saat seorang cowok berperawakan tinggi, mengambilkan barang itu untuknya.
Ania menelan ludahnya susah payah. Rasanya sangat tidak bisa dipercaya jika ia dipertemukan kembali dikesempatan sesempit seperti sekarang.
"Ini yang kamu mau?" tanya pria itu yang masih menatap Ania lekat dengan beribu perasan yang tersirat jelas di sana.
Ania tersadar. Dia membuang pandangannya, mengambil barang itu dan bergegas pergi, meninggalkannya menuju kasir.
Rupanya pria itu mengikutinya. Dia berdiri di belakang tubuh Ania yang sedang membayar barang tersebut. Saat sudah mendapatkannya, Ania dengan cepat bergegas keluar dari toko dan berniat pergi, menghindarinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANBELIN
Teen Fiction[Follow akun penulis dulu sebelum baca] Ania Octavian, gadis yang kerap disapa Ania itu identik dengan senyum yang manis. Tetapi siapa sangka, senyum itu ia tunjukkan hanya untuk tipuan belaka. Kehidupan Ania sangat berbanding terbalik dengan senyum...