38.

488 28 113
                                    

___HAPPY READING___
.
.
.
___________

Beberapa pesanan kopi sudah Ania antar ke meja customer, sekarang gadis yang tengah bekerja menjadi barista itu membersihkan bekas kopi yang berceceran tertinggal di meja dapur.

"Huftt, selesai," ucap Ania sambil mengelap keringat yang keluar dijidat menggunakan punggung tangannya.

Ania mengedarkan pandangannya kesegala penjuru kafe, ia mencari-cari seseorang yang belum ditemuinya sejak datang tadi.

"Eh, lo lihat Gara gak?" tanya Ania pada pelayan lain yang tengah berjalan di depannya.

Pelayan itu menggeleng. "Gue belum lihat Gara dari pagi."

"Dia beneran di pecat Alfin?" gumamnya dalam hati.

Ania menganggukkan kepalanya mengerti. "Thanks,"

"Hmmm," jawab pelayan itu sambil berlalu pergi.

Ketika Ania akan beranjak pergi ke toilet, tiba-tiba seseorang menepuk pundaknya dari belakang. Sontak Ania langsung memutar badannya kembali, dia menyiritkan kening saat melihat pelayan pria yang masih berdiri mematung menatapnya.

"Ada customer dimeja delapan yang mau pesan makanan sama lo."

"Gue?" tanya Ania sambil menunjuk dirinya bingung, pasalnya baru kali ini ada pelanggan yang mau pesan harus dengan satu pelayan itu.

Pria tadi mengangguk. "Iya, cepetan gih, keburu dikomplain."

"Oohh ok-e," jawabnya ragu.

Ania berjalan ke meja yang dimaksud pelayan pria tadi, tidak lupa membawa buku menu juga catatan.

Ketika sampai dimeja nomer 8, kening Ania semakin menyirit. Memang dikursi tersebut ada satu orang, namun duduk membelakanginya.

"Permisi," ucap Ania ramah. "Ada yang bisa saya bantu?"

Seseorang pria dengan jaket bertulisan Geopharex membalikan badannya menatap Ania dari atas sampai bawah.

Mata Ania membulat seketika, dia cukup terkejut melihat kehadiran Gio di dalam kafe.

Gio bertepuk tangan tanpa melepas pandangannya dari Ania.

'prok prok prok'

"Gak nyangka gue, seorang Ania Octavian mantan anak pengusaha terkenal di Jakarta, sekarang bekerja sebagai barista kafe." ucap Gio menghina sambil menyeringai lebar.

Ania menghela nafasnya panjang. Dia menatap Gio datar. "Mau pesan apa?"

"Gue? Gue mau pesan semua makanan di kafe ini." ucapnya penuh penekanan. "Termasuk tubuh lo."

Seketika Ania menatap Gio nyalang, tidak habis pikir dengan ucapan sampahnya.

"Mau dibayar berapa?"

"Sekalipun lo mau bayar dengan satu pulau, gue nggak akan minat sedikit pun!" Jawabnya penuh penekanan.

Gio tertawa. "Gue mampu bayar lo pake dua pulau." tawar Gio. Dia melangkah mendekati telinga Ania. "Gimana?" Bisiknya lirih.

Dengan kasar, Ania mendorong tubuh Gio hingga cowok itu tergeser sedikit. Ingat, hanya sedikit!

"Jangan macem-macem sama gue, Gio!"

"Kenapa? Gue cuma mau tubuh lo!"

Ania mengepalkan tangannya kuat-kuat dengan mata memerah. "Brengsek!"

"Gue lebih dari brengsek." ucap Gio santai, cowok itu melangkah lagi maju ke depan, menarik dagu Ania ke atas yang semakin menatapnya dengan tajam. "Beri tubuh lo. Gue jamin hidup lo akan lebih mudah, dari pada sekarang."

ANBELINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang