62.

364 43 2
                                    

___HAPPY READING___
.
.
.
____________

Bella turun dari dalam taxi saat tempat yang ia tuju sudah terpampang di depan mata. Lantas dia langsung membayar taxi sesuai tarif dan berjalan masuk ke dalam apotek.

"Ada yang bisa saya bantu?" tanya karyawan apoteker dengan begitu sopan.

Bella tersenyum sambil mengangguk. "Ini obat yang harus saya tebus." ucapnya menyerahkan resep obat yang bukan lain adalah obat yang harus Alfin konsumsi dalam beberapa hari mendatang.

Karyawan itu mengerti. "Baik, tunggu sebentar."

Bella tidak menjawab ucapan itu kecuali hanya dengan satu anggukan kepala. Sembari menunggu obat yang sedang dipersiapkan, Bella berjalan duduk diantara kursi panjang yang tersedia di sana. Ia memainkan handphone guna mengusir rasa bosan yang mungkin akan menyerangnya beberapa saat lagi.

"Ada yang bisa saya bantu?" tanya karyawan pada seseorang yang baru saja tiba di sana.

"Saya mau beli testpack satu."

Bella mendongok, menatap seorang pembeli yang sepertinya dia mengenali suara itu. Dan saat Bella mengamatinya, ternyata benar.

Dia adalah Hilda, kakak ipar Ania.

Sontak Bella langsung berdiri, menghampiri Hilda berada.

"Kak Hilda." sapa Bella sambil tersenyum hangat.

Hilda menoleh, dia sedikit terkejut melihat keberadaan Bella yang tiba-tiba berada di sebelahnya. "Bella, ngapain kamu ada di sini?" tanya Hilda sopan.

"Aku lagi tebus obat punya Alfin."

Kening Hilda mengerut secara tiba-tiba mendengar pernyataan itu. "Alfin? Sakit apa dia?"

"Dia sempat drop beberapa hari di rumah sakit. Dan untuk sekarang, kondisi Alfin udah cukup membaik di rumah."

"Ohh syukurlah." balas Hilda dengan suara tenang, yang sama sekali tidak mendapat jawaban penyebab Alfin sakit. "Ngomong-ngomong kenapa dia bisa drop sampai masuk rumah sakit?"

"Kalau soal itu aku kurang tau. Tapi yang pasti, Alfin drop setelah kejadian malam lalu."

Hilda mendesah lesu, dia tau maksud dari kejadian malam lalu, yang bukan dan tidak salah lagi adalah kejadian dimana Ania yang kepergok bersama Gio di dalam club.

"Ya ampun Bella, kak Hilda bener-bener ngerasa bersalah atas kejadian yang buat Alfin jadi drop seperti sekarang."

"Maafin kak Hilda, kalau secara nggak sengaja udah buat Alfin jadi drop."

Bella menggeleng sambil sedikit terkekeh. "Bukan salah kak Hilda juga kok." jawabnya berusaha merubah suasana sedih diwajah Hilda. "Udah, nggak usah dipikirin, kondisi Alfin sekarang udah mulai membaik. Justru yang harus kak Hilda khawatirkan itu kondisi Ania, bukan Alfin."

Hilda terdiam membisu ditempat, wajahnya sama sekali terlihat tidak enak saat Bella membahas seseorang yang sudah Hilda lupakan sebisa mungkin.

Melihat raut wajah Hilda yang semakin berubah, membuat Bella mengerti dengan perasaan wanita itu sekarang.

Hilda melamun.

"Kak Hilda?" panggil Bella yang tidak didengar olehnya.

"Kak Hilda!" panggilnya lagi dengan suara yang sedikit meninggi.

Hilda tersentak, dan di saat itu juga dia tersadar. "Kenapa dengan kondisi Ania?" tanyanya khawatir, tetapi terlihat biasa-biasa saja.

Lagi dan lagi Bella tersenyum. "Nggak, nggak usah terlalu dipikirin." ucap Bella yang sontak mendapat tatapan mata penuh arti dari Hilda.

ANBELINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang