12.

760 88 219
                                    

__________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.
__________

Seorang gadis berlarian sepanjang koridor rumah sakit. Tubuhnya bergetar hebat ketakutan, takut akan kehilangan seseorang yang belum ia rasa kasih sayangnya sedikitpun.

Dia masuk kedalam lift menekan tombol lantai 4, dimana ruang UGD berada.

Ketika pintu lift sudah terbuka lebar-lebar, gadis itu kembali berlarian mencari-cari ruangan yang ia tuju. Kakinya berhenti tepat saat melihat seorang wanita yang sudah familiar baginya. Dia mendekat ke wanita itu.

"Mamah," panggilnya dengan khawatir.

Seorang wanita yang sedang duduk diruang tunggu menengok ke sumber suara. Dia berdiri merentangkan tangannya lebar-lebar.

"Ania," panggilnya sambil mendekap erat tubuh anaknya dengan hangat.

"Mah, gimana keadaan..."

"Nggak papa. Papah nggak kenapa-kenapa sayang." jawab Anita lembut seraya mengelus surai hitam milik putrinya.

Ania melepaskan pelukan itu, dia menatap mata mamahnya dengan sendu. "Kenapa bisa terjadi, mah?"

Anita menggeleng, tidak bisa menjawab pertanyaan Ania. "Mamah belum tau pasti, kita tunggu kabar dari dokter."

Ania mengangguk patuh, dia ikut duduk di kursi tunggu samping Anita. Tautan tangan tak pernah lepas dari mamahnya.

Ketika suasana UGD hening. Tiba-tiba saja suara gaduh terdengar dari arah lift, pandangan Ania tertuju pada pintu lift yang terbuka lebar-lebar menampakkan sosok keempat teman yang rupanya mengikuti dirinya dari belakang.

"Abi. Jangan deket-deket gue!" kesal Bella saat Abi terus-terusan menghempit tubuhnya.

"Eh Anabel, ini jalan sempit. Jangan ngomel mulu ealah!"

"Diam!" Titah Alfin dingin.

Mereka menghentikan langkahnya tepat didepan Ania juga Anita yang masih duduk dikursi tunggu.

"Kalian ngapain ngikutin gue?" tanya Ania.

"Lo pikir aja sendiri, kenapa pergi tanpa pamit ke kita?!" jawab Loka membalikkan pertanyaan.

"Kan gue udah bilang ada urusan penting!"

"An. Cukup lo sembunyikan sesuatu dari kita. We are friends, kita harusnya saling terbuka satu sama lain!" ungkap Bella.

Ania menghela nafasnya panjang, dia melirik mamahnya kilas yang sendari tadi menunduk. "Kita bahas nanti!"

"Siapa yang sakit?" tanya Alfin yang dibarengi dengan kedatangan dokter yang menangani papahnya.

Anita langsung berdiri didepan dokter Bima, begitu juga Ania.

"Keluarga pasien?" tanya dokter Bima.

ANBELINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang