20.

919 73 108
                                    

___HAPPY READING___
.
.
.
_________

Alfin menghentikan motornya tepat didalam parkiran apartemen yang tersedia. Dia menarik tangan ceweknya pelan menggunakan tangan kanan, sedangkan tangan kirinya dia bawa untuk menyeret satu koper besar milik cewek itu.

Sedangkan Ania sendiri, dia hanya membawa boneka berukuran sedang yang baru dibelikan oleh Alfin beberapa menit yang lalu.

Alfin membawa Ania masuk kedalam lift dan segera menekan angka lima pada lift yang mulai akan menutup.

"Sayang banget sama bonekanya, sampai nyuekin yang disebelah!" celetuk Alfin sambil melirik kearah Ania kilas.

Ania mendongok kearah Alfin. "Emang aku apain bonekanya? Perasaan dari tadi diam aja."

"Bonekanya digendong, tangan pacarnya aja dilepas!" kesal Alfin.

Ania menyelipkan anak rambut yang menutupi sebagian wajahnya ke belakang telinga. Dengan segera dia meraih tangan Alfin lagi untuk digenggam. "Maaf-maaf."

Alfin tersenyum tipis dibalik wajah datarnya, dia menarik tangan Ania saat pintu lift terbuka lebar-lebar.

"Kamar nomer berapa?" tanya Ania bingung, pasalnya Alfin terus membawanya lurus tanpa berhenti.

"507."

Wajah Ania yang tadinya lesu mendadak semakin lesu, dia menatap nomer kamar yang baru dilewatinya, ini baru kamar 308 masih ada banyak pintu kamar lagi yang harus Ania lewati. "Masih jauh?"

Alfin menggeleng.

"Ini baru 309. Harusnya masih jauh lagi dong!"

Alfin menggeleng lagi, kakinya berbelok di pintu kamar bernomer 310. "Nggak, udah sampai." ucapnya sambil melepas genggaman tangannya dan menekan beberapa tombol pin untuk membuka pintu.

"Katanya 507?" tanya Ania dengan wajah bingung.

Alfin melirik kearah gadisnya kilas, dia melangkah masuk terlebih dahulu meninggalkannya. "Mau aja dibohongin."

"Kamu ngebohongin aku?"

Alfin mengangguk, tangannya menekan beberapa saklar lampu yang seketika semua ruangan menjadi sangat terang.

Ania menghentakkan kakinya kesal. "Berani ya?!" tanyanya geram.

Alfin tertawa kilas. "Maaf."

"Gak berlaku! Awasss!" Ania menyingkirkan tubuh Alfin yang menghalangi jalannya. Dia langsung mendudukkan diri di sofa yang sudah tersedia disana.

Alfin hanya geleng-geleng kepala, melihat kelakukan gadisnya. Dia menutup pintu sebentar dan melanjutkan langkahnya menyusul Ania.

"Kamar aku dimana Al?" tanya Ania, sambil mengedarkan pandangannya keseluruh penjuru apartemen.

Alfin menunjuk satu ruangan yang kosong menggunakan dagunya.

Seketika Ania mengangguk mengerti. Dia langsung merebut koper yang berada ditangan Alfin dan menariknya menuju kamar yang Alfin tunjuk.

"Mau langsung beberes?" tanya Alfin.

Ania mengangguk cepat. "Biar cepet kelar."

"Mau aku bantuin gak?"

"Nggak usah."

"Beneran?"

"Beneran."

"Ya udah aku disini aja ya?"

ANBELINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang