64.

469 55 15
                                    

___HAPPY READING ___
.
.
.
____________

Suasana di kantin sangat ramai akan murid yang berbondong-bondong untuk membeli makanan sebagai pengganjal rasa lapar. Di sudut kantin sana, terdapat segerombolan murid berandalan yang tengah makan sambil sesekali berbincang ria.

Seorang cowok masuk ke dalam area kantin yang seketika menjadi pusat perhatian seluruh murid. Bagaimana tidak? Jarang sekali Alfin masuk ke kantin sendirian, biasanya cowok itu akan pergi dengan kedua temannya atau Ania atau bahkan seperti kemarin, hanya berdua dengan Bella.

Tetapi seluruh murid malah dibuat bingung dengan hubungan persahabatan mereka. Satu diantara banyaknya murid di kantin berpikir, jika hubungan Alfin dengan temannya sedang tidak baik-baik saja. Apa lagi saat pagi tadi melihat kondisi Ania yang sepertinya cukup parah, malah membuat para murid saling berbicara tentang Ania.

Suara riuh dari para murid yang membicarakan Ania, membuat segerombolan murid berandalan itu saling berpandangan satu sama lain.

Kentha, yang sendari dulu sangat kagum dengan Ania, seketika berlaga melas. "Gue heran sama Ania yang tiba-tiba pakai tongkat kruk." ujarnya yang sukses membuat percakapan baru.

"Lah gue kira gue aja yang heran, ternya lo juga." sambung Heru.

"Lagian satu bulan lebih kayaknya gue nggak lihat dia di sekolah. Dan tadi pas sempet gue lihat, gue malah dapat tanda tanya besar tentang kondisi dia yang tiba-tiba kacau seperti itu." ucap Kentha lagi.

Gio acuh, dia tetap melanjutkan makannya lagi seolah tidak memperdulikan apa yang mereka ucapkan.

"Aneh gak sih? Dulu ketos nggak berangkat selama satu minggu dan Ania malah lebih dari satu bulan. Terus kayaknya, hubungan mereka renggang gak sih?" tanya Denish dengan wajah julitnya.

Mendengar itu, sontak membuat Kentha tersenyum-senyum sendiri.

Jun bergelidig ngeri melihat Kentha yang seperti orang gila, lantas dia menonyor kepala Kentha dengan sedikit keras. "Ngapain lo senyum-senyum gitu?"

"Nggak salah 'kan kalau gue ngebayangin jadi pacar dia?"

Heru menggeleng. "Nggak salah. Tapi yang salah halu lo terlalu ketinggian, anjir!"

"Itu efek kebanyakan ciu." celetuk Denish.

"Ciu apatuh?" tanya Jun.

"Ciu yang dilaut." jawab Heru ngasal dengan tampang jahilnya.

"Hiu anjir!" sambar Denish sedikit kesal.

Kentha memutar bola matanya malas. Apa mereka tidak bisa serius sedikitpun dengan urusan perasaannya? Padahal di sini Kentha sudah membayangkan hidup berdua dengan Ania, tetapi seketika bayangannya lenyap karena ulah sialan temannya itu.

Heru, yang sendari tadi melihat kediaman Gio, menatap cowok itu curiga. "Gi, nggak ada hubungannya 'kan sama lo?" tanyanya tiba-tiba yang seketika membuat mereka semua terdiam menatap Heru dan Gio secara bergantian.

Gio menghela nafasnya panjang, dia menjatuhkan sendok dan garpu di atas mangkuk dan menatap keempat temannya dengan lekat. "Iya."

"Iya? Maksud lo?" tanya Denish tidak mengerti.

"Kalian nggak mungkin gak ngerti."

"Lah kita emang nggak ngerti, anjing!"

"Rencana gue buat ngehancurin dia."

"Ck, ribet lo. Rencana lo buat ngehancurin dia 'kan banyak. Yang mana yang lo maksud?" tanya Heru dengan tampang seriusnya.

"Gue lecehin Ania sebulan yang lalu."

ANBELINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang