___HAPPY READING___
.
.
.
____________"SAYA ALFIN ADWIRA MENYERAHKAN JABATAN KETUA OSIS KETANGAN JUANDA GUMA MAHARDIKA!"
Jun membulatkan matanya sempurna. Apa-apaan ini?
Seluruh murid yang berkerumun menyaksikan perdebatan Alfin, menatap cowok itu tidak percaya. Terlebih lagi Hasna, cewek itu tidak bisa mencerna apa yang didengarnya sekarang.
"Bangsat!"
'bughh'
Satu pukulan cukup keras melayang dipipi kiri Alfin yang membuat cowok itu sedikit terpental ke belakang.
Jun menatap Alfin dengan tatapan yang sulit diartikan. "Apa-apaan si lo, Hah?! Jangan buat omong kosong sialan!" bentak Jun sambil mencengkram kerah seragam Alfin.
Alfin menepis tangan Jun yang berada dilehernya dengan keras. Detik berikutnya dia menatap sang empu dengan tatapan lekat nan tajam. "Selamat, lo yang gantiin gue jadi ketua osis!"
"Lo bisa berbuat semau lo, lo bisa ngehajar murid sesuka lo, dan lo bisa melaporkan siapa saja ke BK!" Alfin menyeringai tipis saat melihat raut Jun yang sudah berubah 180 derajat. "Bukannya seperti itu tugas osis kata lo, Juanda?" lanjutnya dengan alis yang terangkat sebelah.
Nafas Jun mulai terengah-engah menahan gejolak emosi yang memuncak di atas kepalannya.
"Nggak gini juga caranya anjing! Lo mau sekolah hancur gara-gara gue?!"
"Tugas osis cuma nyuruh-nyuruh murid lain, jadi nggak bakal hancur gara-gara lo. Bukan gitu Juanda?" tekannya diakhir ucapan.
Jun menjambak rambutnya prustasi, detik berikutnya dia menjerit histeris. "AKHHHHHHHHH KETOS SIALAN!"
'brak'
Jun menendang kursi di sampingnya hingga kaki kursi itu patah menjadi dua. Tidak hanya itu, berkali-kali dia memukul tembok di belakangnya sampai membuat punggung tangannya mengeluarkan sedikit bercak darah.
"Oke, gue ngaku gue salah. Gue yang udah ngirim foto itu ke Ania biar dia mutusin lo!"
"Gue juga yang udah ngambil uang kelas beberapa kali."
"Dan gue juga ikut nyuruh adik kelas buat ngebully pacar lo!"
Alfin menaikkan satu alisnya dengan tangan yang melipat didepan dada. "Terus? Lo berharap gue cabut jabatan lo?"
"Ya harus dicabut, gue udah ngaku semuanya sama lo! Terus kenapa nggak bisa dicabut?!"
"Tolol banget temen lo, njing." bisik Heru ke Kentha yang berada di sebelahnya.
"Bukan temen gue, temen gue bukan ketos!" jawab Kentha lirih.
"Oke, gue juga minta maaf udah sering omongin lo yang macam-mac___"
Alfin mengangkat dua jarinya ke udara yang seketika memotong ucapan Jun. Di belakang kerumunan mereka, terdapat seseorang yang sendari tadi memperhatikannya dengan tangan yang mengepal erat.
"JUANDA GUMA MAHARDIKA! IKUT SAYA KE RUANG OSIS SEKARANG!"
Suara menggelegar itu berasal dari belakang kerumunan yang seketika menjadi pusat perhatian seluruh murid.
Sontak semua murid memberi jalan pak Bram, pembina osis untuk mendekati keduanya.
Jun meneguk ludahnya susah payah, gimanapun sebejad Jun, dia tetap memiliki rasa takut pada seseorang, termasuk salah satunya adalah pak Bram yang sekarang berada di depannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANBELIN
Teen Fiction[Follow akun penulis dulu sebelum baca] Ania Octavian, gadis yang kerap disapa Ania itu identik dengan senyum yang manis. Tetapi siapa sangka, senyum itu ia tunjukkan hanya untuk tipuan belaka. Kehidupan Ania sangat berbanding terbalik dengan senyum...