33.

544 42 90
                                    

___HAPPY READING___
.
.
.
____________

Alfin terkapar di dalam ruang UKS dengan Jun yang berada dibrankar sebelah. Setelah perdebatan saling adu mengadu, berakhirlah mereka berdua yang sama-sama tumbang tak berdaya. Keduanya mengalami lebam yang cukup banyak. Jun terkapar karena Alfin, Alfin yang terkapar karena Gio dan berujung Gio yang mendapat panggilan dari BK.

Alfin meringis perih saat alkohol menempel di kulit lebamnya.

"Ck, makanya jangan berantem kalau nggak mau perih gini!" dumel Bella yang sendari tadi berada di dalam UKS guna mengobati luka-luka cowok itu.

Jun yang berada dikasur sebelah hanya berbatasan dengan tirai panjang, memutar bola matanya malas. Sungguh dunia tidak adil untuk orang yang hanya memiliki standar pesona pas-pasan. Lihat saja, kenapa disaat perih seperti ini tidak ada satupun temanya yang membatu untuk mengobati?

Sedangkan Alfin? Cowok itu sangatlah beruntung. Banyak yang menawarkan diri untuk mengobati luka lebamnya.

Jun yang merasa tidak adil pun menekan luka pelipis kirinya dengan sangat keras. "Akhhhhh!!" Dia berteriak histeris saat merasakan perih yang teramat pedih.

"Berisik!" teriak Alfin dari ranjang sebelah.

Jun memutar bola matanya malas. "Gara-gara lo muka ganteng gue jadi bonyok kayak gini! Tanggung jawab lo, Tos!" protesnya tidak terima.

"Bacot!"

"Diem Al!" titah Bella geram, yang merasa kesulitan mengobati luka cowok itu yang kebanyakan gerak. Bella mengambil alkohol lagi, meneteskannya diatas kapas dan melanjutkan mengobati luka diperut Alfin dengan teliti. "Ini bisa disingkirin keatas lagi nggak? Susah gue ngobatinnya."

Alfin berdecak malas. "Ck, ribet!" dia langsung membuka seluruh kancing seragam osis yang seketika menampakkan perut sixpack dan putih itu.

Mati-matian Bella nahan nafas, meminimalisir pergerakannya agar tidak terlihat aneh oleh cowok itu. Dia gugup, sangat-sangat gugup melihat itu bahkan kedua tangannya sedikit gemetar.

Memang terlihat sangat aneh.

"Bukan gini juga Alfin!" geram Bella yang berusaha biasa saja.

Alfin memutar bola matanya malas. "Jangan ribet! Obatin, biar cepet kelar!"

Bella menarik nafasnya dalam-dalam, perlahan kapas yang berada ditangannya mulai menyentuh kulit sixpack itu dengan sangat pelan dan penuh ketelatenan.

Jun yang tidak sengaja mengintip keduanya dari bawah tirai, menyeringai lebar. Dia bersiap membawa handphone dan memotret keduanya saat posisi mereka sangat intim untuk dibuat masalah lagi selanjutnya.

"Shhhh," Alfin meringis saat merasa perih diperut bagian kirinya. Entah dia yang terlalu emosi saat berkelahi atau Jun yang memang titisan orang hutan, sampai bisa membuat bekas cakaran berada diperut bagian kiri Alfin dengan sangat panjang.

"Maaf," ucap Bella pelan.

Alfin menggeleng, dia memejamkan matanya kembali menikmati setiap rasa perih yang menyentuh bagian tubuhnya.

"Gue dari tadi nggak ngelihat Ania di sekolah, dia kemana?" tanya Bella tiba-tiba.

"Skors."

Mendengar itu, sontak Bella langsung menghentikan tangannya yang masih mengobati luka lebam. "Kerena masalah kemarin sama Salsa?" tebaknya.

Alfin yang merasa tidak ada pergerakan tangan diperut, membuka matanya sempurna. "Iya."

"Ck, tuh cewek emang pembawa sial." geram Bella. "Terus kenapa juga lo nggak ngebela Ania biar gak di skors?"

ANBELINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang