46.

504 46 5
                                    

___HAPPY READING___
.
.
.
___________

Ania tertidur pulas di dalam kelas yang hanya menyisakan dirinya. Setelah mempelajari beberapa mapel sepulang sekolah, Ania tidak bisa menahan rasa kantuk yang menyerang secara tiba-tiba. Dia menjadikan kedua tangan sebagai bantalan kepalanya, dengan meja yang penuh dengan buku juga catatan materi.

Sedangkan dilain tempat, Alfin yang sama sekali tidak fokus pada rapat osis kali ini terus bergerak gelisah. Dia memainkan bolpoin di atas meja guna menyembunyikan rasa gelisahnya pada semua anggota osis.

Hasna yang menyadari pergerakan aneh dari Alfin pun menatap cowok itu dengan alis yang terangkat, seolah bertanya 'apa' pada saat cowok itu menatapnya balik.

"Lo bisa gantiin posisi gue pegang rapat terakhir kali ini?" pinta Alfin pada Hasna.

Hasna menggeleng dengan cepat. "Ini acara khusus buat pelepasan kak Alfin, gimana bisa aku yang gantiin posisi kak Alfin?" tanyanya dengan wajah cengo.

"Gue nggak bisa kali ini. Gue ada urusan penting." Alfin bangkit dari duduknya mengambil tas di belakang meja dan menggendongnya di bahu kiri. "Bilangin ke pak Bram, kalau gue ada urusan mendadak."

"Tapi kak...."

Alfin tidak menghiraukan ucapan itu. Dia langsung menyelonong pergi dari ruangan yang tanpa sengaja berpapasan langsung dengan pak Bram.

Pandangan pak Bram tertahan melihat tas yang tersampir dipundak Alfin, dia menatap cowok itu dengan wajah garang. "Mau kemana kamu?" tanyanya tajam.

"Maaf pak, saya ada urusan penting." jawabnya menatap balik tatapan tajam itu.

"Saya adakan acara ini khusus buat pelepasan kamu. Dan sekarang kamu malah mau pergi?!"

Alfin mengangguk. "Maaf sekali lagi, pak." usai mengatakan itu, Alfin langsung bergegas pergi dari hadapan pak Bram tanpa memperdulikan muka sangar guru pembimbing osis itu.

Pak Bram menghentakkan kakinya kasar. "ACARA OSIS BATAL KALI INI!" Teriaknya menggema yang pastinya didengar semua anggota osis di dalam ruangan itu.

Semua anggota saling berpandangan satu sama lain. Sia-sia dia menyiapkan semua persiapan untuk acara pelepasan itu.

Hasna mendesah lesu. Dia berdiri menyambar almamater osis dan berlalu pergi dari ruangan tanpa sepatah kata pun.

Semua anggota osis satu persatu ikut pergi keluar meninggalkan acara begitu saja.

___ANBELIN___

"Ania."

Seruan itu mampu membuat tidur sang pemilik nama terusik. Ania mengejapkan matanya beberapa kali yang membuat sang pelaku sedikit menyunggingkan senyumnya.

Dengan posisi yang sudah tidak nyaman, Ania menegakkan kepalanya menatap sang pelaku yang memasang wajah datar. Dia mengedarkan pandangannya ke segala penjuru merasa tidak asing dengan ruangan yang ditempatinya saat ini.

Seketika mata Ania melebar, dia baru menyadari jika dirinya tertidur di dalam kelas. Tujuannya untuk belajar sepulang sekolah, sukses digagalkan oleh rasa kantuk yang menyerangnya secara tiba-tiba.

Dengan nyawa yang belum sepenuhnya kumpul, Ania kembali membuka buku tebal, mempelajarinya setiap halaman yang ia lewati dengan begitu cepat.

Alfin menahan tangan Ania yang membuka setiap lembar buku itu per detik.

"Jangan terlalu buru-buru, kamu belum paham materi dihalaman ini." ucapnya mengintruksi pergerakan Ania.

ANBELINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang