___HAPPY READING___
.
.
.
____________Hari-hari kemarin telah usai terganti dengan hari ini. Kini Alfin tengah berada di parkiran sekolah, guna menunggu Ania. Mungkin sudah beberapa hari ini, menunggu kedatangan Ania di parkiran sekolah sudah menjadi rutinitas paginya sebelum masuk ke dalam kelas.
Kepala Alfin beredar mencari sosok cewek yang menjadi pusat pemikirannya sekarang. Tepat saat matanya mengarah ke arah gerbang, ia tidak sengaja bertubrukan pandang dengan cewek yang menjadi pusat pemikirannya.
Khawatir? Tentu. Karena Alfin sendiri tidak memegang handphone untuk menghubungi cewek itu. Bahkan tadi pagi saat akan berangkat sekolah, Alfin hendak menjemput Ania. Tetapi teralihkan saat mengingat cewek itu yang sudah beberapa kali berangkat terlebih dahulu.
Dengan senyum simpul yang sedikit merekah diwajahnya. Alfin berjalan menghampiri Ania yang berdiri menunggunya tidak jauh dari arah gerbang.
"Pagi," sapa Alfin dengan tangan yang menggenggam tangan mungil Ania.
Ania membalas senyum itu dengan hangat. "Hmm," jawabnya kilas yang seketika membuat mata Alfin mengejap tidak terima.
"Hmmm, doang?" tanyanya cengo.
Ania mengangguk. "Mau di sini terus nggak mau masuk?"
Alfin tersadar seketika, dengan gerak cepat dia menarik tangan Ania lembut membawanya berjalan di tengah koridor sekolah.
Para siswa yang tengah duduk-duduk santai di area koridor langsung memperhatikan keduanya yang berjalan dengan sangat tenang.
Ania tidak memperdulikan tatapan itu. Pikirannya terus mengingat pelajaran yang baru saja dia hafalkan tadi malam.
"Gimana sama perkembangan belajar kamu?" tanya Alfin tiba-tiba.
"Nggak gimana-gimana."
Alfin menganggukkan kepalanya, mengerti. "Kembangin ya? Jangan mikirin yang lain." pintanya menatap Ania dengan lekat.
Pernyataan Alfin barusan tentu mendapat anggukan kepala dari Ania dengan cepat. "Pastinya sih," jawabnya dengan kekehan kecil.
Langkah kaki Ania terhenti saat mereka melewati ruangan guru. Cewek itu melepas genggaman tangan Alfin yang membuat sang empu menatapnya dengan penuh tanda tanya.
"Ada tes dari Bu Diah hari ini." ucapnya seolah menjawab semua pertanyaan dikepala Alfin.
Alfin mengerti sekarang, dia mengacak-acak rambut Ania dengan pelan dan mendekatkan bibirnya pada telinga gadis itu. "Semangat tesnya."
Ania tersenyum, tangannya bergerak mendorong bahu Alfin agar berjalan ke depan. "Udah sana ke kelas."
"Ngusir nih?"
"Menurut kamu?"
"Nggak mau ditungguin aja?" tanya Alfin yang masih menahan dorongan dari Ania.
Ania menggeleng dengan cepat. "Nggak, makasih. Tunggu aku di kelas."
"Serius?"
"Iya, Alfin."
Alfin menghela nafasnya pasrah, menatap Ania kilas sebelum beranjak menuju kelasnya.
"Semangat sayang!" teriak Alfin tanpa diduga yang sukses membuat mata Ania membulat sempurna.
Ania menggerutu dalam hati atas tindakan Alfin barusan. Lihat saja, banyak tatapan mematikan para kaum hawa yang menyorot ke arahnya.
Ania menarik nafasnya dalam-dalam sebelum tangannya membuka pintu ruang guru lebar-lebar.
"Assalamualaikum."
KAMU SEDANG MEMBACA
ANBELIN
Teen Fiction[Follow akun penulis dulu sebelum baca] Ania Octavian, gadis yang kerap disapa Ania itu identik dengan senyum yang manis. Tetapi siapa sangka, senyum itu ia tunjukkan hanya untuk tipuan belaka. Kehidupan Ania sangat berbanding terbalik dengan senyum...