Jangan mengeluh, masih ada senyum yang bisa menutupi masalah.
A.27/2/22___HAPPY READING___
.
.
.
__________Ania bergegas menemui Aldi usai berdebat kecil dengan Anita, cewek itu berlarian masuk kedalam apartemen gold. Apartemen yang identik dengan warna emas, hanya orang kalangan atas yang mampu membelinya, karena harganya sendiri sangatlah edan.
"Permisi, ruangan atas nama Aldi Prasetya dimana?" tanya Ania pada karyawan wanita yang bertugas didepan meja panjang.
"Sebentar, saya cari dulu."
Ania mengangguk, dia memainkan jari tangannya gelisah sembari menunggu karyawan wanita itu mencari kamar Aldi.
"Atas nama Aldi Prasetya, ada di kamar nomer 167, di lantai tiga."
"Baik, terimakasih." ucapnya seraya berlarian kecil menuju arah lift.
Ania bergegas masuk kedalam lift dan menekan angka tiga, beruntung hanya dia yang berada didalam lift itu sendirian.
Setelah pintu lift sudah terbuka lebar, buru-buru kaki jenjang Ania kembali berjalan cepat mencari pintu kamar 167.
Seketika pandangannya menangkap pintu dengan angka 167. Tanpa berpikir lama lagi dia langsung mendekat dan menekan tombol bel berulang kali. Rupanya tidak ada sahutan dari dalam.
Ania mengetuk-ngetuk pintu itu keras hingga sedikit menimbulkan decitan pintu tergeser. Keningnya menyirit, sepertinya pintu apartemen pria itu tidak terkunci.
Ania mencoba membuka pintu itu dengan pelan, dan ternyata benar. Pintu itu tidak terkunci.
Seketika Ania menutup mulutnya rapat-rapat, tubuhnya bergetar hebat ditempat, dia tidak bisa berkata-kata, bahkan tidak menyangka dengan apa yang dilihatnya sekarang.
Didalam sana terlihat Aldi Yang sedang bercumbu dengan seorang wanita yang entah itu siapa.
Ania tidak berani mendekat, dia tetap berada diposisinya, berdiri tegang diambang pintu yang hanya sebagian terbuka.
"Ahhh," desah wanita itu.
Air mata Ania turun dengan sendirinya.
Aldi yang akan membalikan tubuh wanita itu seketika shock melihat anak putrinya yang berdiri di balik pintu.
Dengan cepat Aldi memakai kembali celananya dan bergegas membawa wanita itu ke kamar.
Ania semakin terisak, ternyata sebrengsek itu papahnya.
Aldi kembali keluar dengan pakaian yang sudah melekat ditubuhnya. "Apa yang kamu lakukan disitu?!" tanya Aldi tajam.
Ingin sekali Ania mempermasalahkan wanita itu, tetapi Ania sadar kalau ini bukan waktu yang tepat.
"Pah, bang Adhit ada di club sekarang."
"Apa urusannya dengan saya?"
Ania menatap Aldi dengan mata basah yang penuh dengan harapan. "Ania mohon, tolong Ania bantu cari bang Adhit."
"Tidak! Saya tidak mau! Lebih baik kamu keluar sekarang!" tolak Aldi mentah-mentah.
"Bukannya bang Adhit anak kebanggaan papah?! Sekarang bang Adhit ada di club, Ania takut kalau bang Adhit melakukan hal diluar batas!"
"Itu bukan urusan saya!"
"Pah, kali ini aja Ania minta papah buat peduli sama bang Adhit!" bentak Ania, dia tidak bisa lagi mengontrol emosinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANBELIN
Teen Fiction[Follow akun penulis dulu sebelum baca] Ania Octavian, gadis yang kerap disapa Ania itu identik dengan senyum yang manis. Tetapi siapa sangka, senyum itu ia tunjukkan hanya untuk tipuan belaka. Kehidupan Ania sangat berbanding terbalik dengan senyum...