65.

511 72 34
                                    

___HAPPY READING___
.
.
.
_____________

Abi bergegas membawa tubuh Ania masuk ke dalam UKS yang disusul beberapa anak PMR laki-laki yang membopong tubuh Alfin. Setelah pertikaian itu, Abi secara tidak sengaja membabi buta Alfin yang mengakibatkan cowok itu pingsan karena kestabilan tubuhnya yang belum sepenuhnya pulih.

Petugas PMR dengan sigap, menangani keduanya dengan penuh ketelatenan.

Abi mengusap wajahnya gusar. Dia sadar, dia baru saja melakukan kesalahan fatal yang mungkin akan berdampak buruk pada hubungan persahabatannya.

Abi tidak salah. Firasat yang Abi pikirkan juga tidak salah saat suara derap langkah sepatu dari arah koridor terdengar menggema di dalam ruangan UKS. Abi tidak bisa mengelak jika nanti akan ada pertikaian lagi antara dirinya dan pemilik derap langkah sepatu itu.

Abi menatap ke arah pintu UKS saat terbuka dengan sangat lebar menampakkan Bella dengan nafas yang sangat tersengal-sengal.

Saat berhasil masuk, Bella membalas tatapan itu kilas sebelum berjalan, menyelonong melewati Abi dengan acuh, mendekat ke brankar Alfin.

Raut cemas sangat tercetak jelas diwajah Bella begitu melihat kondisi Alfin yang kembali pucat.

Tangan Bella mengepal. Setelah satu murid melaporkan tentang Alfin yang dipukuli Abi, membuat gejolak emosi Bella meningkat saat itu juga.

Dengan nafas yang sangat memburu, Bella kembali melangkah mendekati Abi yang masih berada di tempatnya.

PLAKKK

Satu tamparan keras berhasil mendarat dipipi Abi tanpa aba-aba, yang seketika membuat wajah cowok itu menoleh secara refleks.

Bella mantap Abi benci. "Apa yang bakal lo lakuin lagi setelah ini, hah?!"

"Puas lo? Puas udah buat dia lemah seperti ini?!"

"Gue nggak nyangka sama lo, Abi! Tega-teganya lo membabi buta Alfin tanpa ampun disaat lo tau kondisi tubuh dia yang lemah seperti ini."

"Lo keterlaluan! Pikiran lo cuma Ania Ania Ania. Tanpa lo pikirin sahabat lo sendiri!"

"Gue tau Bi. Gue tau maksud lo berbuat seperti tadi buat membela Ania. Tapi cara lo ngebela dia terlalu berlebihan! Lo gunain cara lo tanpa lo tau konsekuensinya!"

"Sekarang gue tanya sama lo. Cara apa lagi yang bakal lo lakuin buat Alfin lemah, hah?!"

Tangan Abi terkepal sangat kuat dengan wajah yang sudah berubah menyeramkan. Dia bisa menjadi seperti ini jika sudah kelewatan emosi. Dan Bella lah yang berhasil membangunkan emosi Abi.

Mata Abi menajam, menatap Bella dengan amarahnya. "Lo kira gue berbuat seperti itu tanpa sebab, hah?!"

"Lo pikir Bell! Gue berbuat seperti itu juga karena dia yang udah bersaksi omong kosong di depan guru!"

"Apa gue harus tetap diam, saat seseorang yang gue jaga sedang terancam?!"

"Ania hampir di keluarkan dari sekolah karena ucapan Alfin, Bell. Sekarang gue bener-bener nggak tau, sama sikap Alfin yang seperti tadi."

"Dia tau kalau Ania nggak bersalah, tetapi dengan bodohnya dia, dia seolah memihak sama Gio!"

"Apa gue nggak boleh marah saat itu?!"

"Gimana perasaan lo, saat posisi lo berada diposisi gue. Apa lo bakal terus diam melihatnya?!"

"Abi! Seandainya lo nggak terima sama ucapan Alfin, seenggaknya lo menyela, bukan malah buat dia jadi seperti ini!" sela Bella menggebu-gebu.

ANBELINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang