27.

811 58 155
                                    

Saran aja baca part ini pas didalam kamar posisi sendirian, biar kerasa fell-nya. Kalau bisa sekalian puter lagu yang sedih menurut kalian masing-masing.

___HAPPY READING___
.
.
.
___________

Adhit mengejapkan matanya berkali-kali saat sorot sinar matahari menembus netra matanya. Dia merubah posisi menjadi duduk sambil bersandar di bahu ranjang.

"Shhh," ringis Adhit memegangi kepalanya yang terasa pusing.

Pandangan cowok itu menangkap Ania yang tengah tertidur di atas sofa. Sejak kapan adiknya di sana?

Ania yang merasa terusik dengan sorot sinar matahari pun langsung merubah posisinya menjadi duduk. Dia mengejapkan matanya berusaha mengumpulkan nyawa yang mungkin masih tertinggal di alam mimpinya.

Ania terkejut bukan main saat melihat abangnya yang tengah menatapnya dengan kening berkerut.

"Maaf bang, Ania lancang tidur di sini."

Adhit hanya berdehem tanpa niat membuka suara.

Sekali lagi, Adhit memegang kepalanya sambil meringis pelan.

"Bang Adhit kenapa?" tanya Ania panik.

Adhit menggeleng kecil.

"Bang Adhit pusing?! Mau Ania ambilin obat?"

"Nggak usah. Diem!" bentak Adhit.

Ania terdiam saat suara keras keluar dari mulut Adhit.

"Maaf," cicit Adhit merasa bersalah.

"Makanya jangan mabok terus!" peringat Ania galak.

Adhit terdiam sesaat, shit__ dia baru tersadar kalau semalam pergi ke club, jadi karena hal ini kepalanya sangat pusing.

Sebentar, dari mana Ania tau kalau dirinya pergi ke club tadi malam? Kenapa juga dirinya ada di sini? Biasanya kalau selepas dari club pasti bermalam di rumah Anton.

Adhit menatap Ania dengan tatapan yang sulit diartikan. "Lo yang bawa gue ke sini?" tanyanya hati-hati.

Ania menghembuskan nafasnya gusar sambil mengangguk.

"Gue ada ngomong apa aja sama lo?"

"Banyak," batin Ania. "Sampe lo nampar gue dua kali."

Ania menggeleng. "Nggak, nggak ngomong apa-apa," jawab Ania berbohong. "Nyerocos aja nggak jelas."

Adhit menghela nafasnya lega.

"MAU NGAPAIN LAGI KAMU KE SINI MAS?!"

Mereka berdua berpandangan satu sama lain saat suara keras terdengar jelas di kamar. Sontak keduanya langsung berdiri dengan cepat dan mengarahkan pandangannya kepintu.

"Bang, mamah kenapa?" tanya Ania, wajah cewek itu berubah ketakutan.

Adhit menggeleng, dia juga tidak tau keributan apa yang sudah terjadi dibawah.

"BUKANNYA SAYA SUDAH BILANG, JANGAN PERNAH MENGINJAKKAN KAKI LAGI DI RUMAH INI?!"

"SAYA TIDAK PEDULI ANITA, SAYA MAU KAMU MENYETUJUI PERMOHONAN SAYA!"

"TIDAK AKAN PERNAH SAYA MAU MENYETUJUI PERMOHONAN KAMU!"

Ania semakin ketakutan, tubuhnya bergetar hebat. Dia menatap Adhit dengan cemas. "Ayo kita keluar."

ANBELINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang