69.

479 66 22
                                    

___HAPPY READING ___
.
.
.
____________

"IYA GUE HAMIL!"

Mulut Salsa bergetar hebat setelah dia mengungkap itu. Emosi yang begitu besar terkubur dilubuk hatinya, meluap dengan begitu saja.

Semuanya terdengar begitu tidak nyata.

Guru, staf sekolah dan seluruh murid mendengar raungan keras itu dengan begitu jelas. Tak ada satu orang pun yang tidak mendengarkannya, terkecuali Loka, yang menutup telinga dan pura-pura untuk tidak mau mendengarkannya.

"GUE JUGA YANG JEBAK LO DI CLUB KARENA RENCANA GIO!"

DAMNNNNN!!!

Tubuh Ania melemas, benar-benar melemas, bahkan isak tangisnya semakin kuat terdengar seiring dengan pengakuan yang terkuak dari mulut Salsa sendiri. Bukan hanya itu, ia bahkan sangat marah dengan sifat Salsa yang sudah di luar batas pemikiran Ania.

Mata Loka terpejam dengan sangat erat. Salsa keterlaluan, dia tidak tahu batasan mengungkapkan itu semua di depan orang yang ada di sekolah, yang pastinya membuat dia ter-rendahkan oleh pengakuannya sendiri. Dan mungkin cepat atau lambat akan ada banyak pengakuan fakta yang nantinya merambat ke pengakuan-pengakuan selanjutnya.

Abi, cowok itu memendam rasa emosinya yang menggebu-gebu ingin menghabisi anjing liar yang secara tidak sadar ikut andil dalam masalah saat ini.

Berbeda lagi dengan ekspresi yang Bella tunjukkan. Rasanya benar-benar tidak bisa dipercaya, jika kebenaran itu akan terbongkar di detik sekarang.

Lain halnya dengan Alfin. Rahang cowok itu mengeras dengan tangan yang terkepal erat. Entah emosi apa yang sudah membuatnya seperti ini. Padahal jika kebenaran tentang masalah itu terbongkar, tidak ada sangkut pautnya dengan dia. Walaupun sedikit ia ikut campur dengan memberi pengakuan palsu.

Salsa menatap Ania dengan penuh kebencian. "Semua omongan lo benar! Gue yang udah jebak lo saat malam itu dengan alasan yang gue bilang buat bujuk Loka!"

Sebentar.

Apa? apa Abi tidak salah dengar? Bagiamana bisa Loka dijadikan alasan untuk Salsa melancarkan aksinya. Apa hubungannya?

Pikiran Abi terhenti. Dia mencoba mencerna ucapan Salsa dengan sekuat pemikirannya. Dan saat Abi berhasil menangkap satu hal dari kalimat yang Salsa ucapkan, tangan Abi sukses terkepal dengan sangat kuat. Ternyata secara tidak sadar atau sadar, Loka juga andil dalam masalah tersebut. Tetapi brengseknya dia tidak memberitahukannya sedikitpun padanya, padahal saat bergilir menjaga Ania saat sakit, Loka terlihat seolah memang tidak mengetahui apa-apa. Dan ternyata dia mengetahui lebih tentang masalah itu ketimbang dirinya.

Abi melirik Loka yang ada di sebelahnya dengan tajam dan nafas yang memburu hebat.

Ania menahan emosi mendengar ucapan Salsa kembali. Dengan tubuh yang sudah tidak lagi sanggup untuk berdiri, Ania berusaha sekuat tenaganya untuk tetap berdiri tegar, menatap balik tatapan Salsa dengan benci.  "Lo jahat Sa. Lo ngelakuin itu semua ke gue tanpa alasan! Lo...."

"Kalau lo bilang gue ngelakuin itu tanpa alasan, lo salah!" ungkap Salsa, memotong ucapan Ania yang belum terucap.

"Banyak alasan yang buat gue tega ngelakuin itu ke lo!" tangan Salsa terkepal, menunjukkan betapa besar rasa benci yang dia pendam terhadap Ania selama ini.  "Asal lo tau Ania. Gue benci sama lo. Gue benar-benar benci sama lo KARENA LO BERHASIL REBUT LOKA DARI GUE!"

"LOKA CINTA SAMA LO!"

Deg!!

Loka melototkan matanya sempurna, menatap Salsa dengan sangat tidak percaya.

ANBELINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang