19.

730 76 111
                                    

___HAPPY READING___

.
.
.
_____________

Ania berlarian mendekat kearah pantai dengan air mata yang semakin deras keluar. Dadanya naik turun menyesuaikan irama tangisan yang entah kapan akan berakhir.

"ARGHHHH!!" Jerit Ania keras, dia berusaha untuk meluapkan rasa sesak yang selalu menjalar ditubuhnya.

Kenapa takdir begitu kejam padanya?

Apa salah dia?

Dosa besar apa yang sudah dia lakukan?

Sungguh Ania sangat lelah dengan semua penderitaan ini.

Ania memukul-mukul dadanya berulang kali saat merasakan nyeri yang luar biasa. dia tidak memperdulikan tatapan orang yang menyorot aneh ke arahnya.

"ARGHHHHHH!!"

"Sakit tuhan sakit, rasanya sangat sakit tidak diperlakukan adil oleh seorang ayah."

"Dimana keadilanmu?"

"Dimana letak kebahagiaanku?"

"Kenapa semuanya tidak terasa nyata?"

"Aku mohon hentikan semua ini."

Alfin semakin mempercepat langkahnya menyusul Ania yang sudah jauh didepan sana. Dia melihat gadis itu menangis histeris membelakanginya.

'grap'

Tanpa aba-aba Alfin langsung memeluk Ania dengan sangat erat. Dia membawa tubuh gadis itu duduk diatas pasir putih, berusaha memberinya sedikit ketenangan.

"Jangan nangis, masih ada aku disini." ucap Alfin sambil mengelus punggung Ania dengan lembut.

"Aku benci Al... Aku benci papah!!" tutur Ania terisak dengan tangan yang mencengkeram pundak Alfin erat.

"Kenapa harus dia yang jadi papah aku?"

"Aku muak. Aku lelah...."

"Jangan menyerah, semua hidup sudah ada aturan dari Tuhan. Ini jalan hidup kamu, An." jawab Alfin lirih.

"Tuhan nggak adil buat aku, dia kasih semua cobaan ini berharap aku bisa melaluinya?" Ania menggeleng pelan. "Nggak, aku nggak bisa laluinya. Aku nggak kuat Al, hidup aku nggak mudah. Aku bukan cewek kuat, aku lelah..."

"Kamu kuat, kamu cewek kuat. Dan aku sangat yakin kamu bisa keluar dari masalah ini."

"Nggak! Kamu salah. Aku bukan cewek kuat seperti yang kamu kira!"

Alfin menggeleng sambil mengecup kening Ania dengan lembut. "Harus kuat An, sekarang takdir lagi mempermainkan kamu."

Ania menatap mata Alfin dengan lekat. "Kenapa semua orang menuntut aku supaya kuat?! What for? Apa aku nggak boleh terlihat lemah?"

"Apa aku harus selalu terlihat kuat?" Ania menjeda ucapannya, mata teduh milik gadis itu semakin meredup. "Nggak selamanya aku bisa terus terlihat kuat!"

Alfin terdiam tidak bisa berkata-kata.

Ania mengalihkan pandangannya pada objek lain. "Kamu bilang takdir lagi mempermainkan aku?" tanya Ania tanpa menoleh sedikitpun.

Alfin mengangguk samar.

"Kalau itu benar, aku benci takdir!"

"Kamu nggak bisa menyalahkan takdir."

ANBELINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang