18.

772 81 178
                                    

___________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.
___________

Alfin menghentikan motornya tepat didepan rumah Ania, dia turun dan bergegas menuju pintu utama.

'tok tok tok'

"Assalamualaikum," ucap Alfin yang tidak mendapat respon dari siapapun.

Alfin membuka pintu rumah Ania, keningnya menyirit. "Gak dikunci?" Gaumannya, dia menengok kekanan dan kekiri sebelum berjalan masuk kedalam dengan langkah pelan.

"Ania!" panggilnya, namun tetap tidak ada sahutan.

Sekarang Alfin merasa sangat cemas dengan kondisi gadis itu. Otaknya tidak bisa berpikir jernih. Tanpa basa-basi lagi, dia langsung berlarian ke anak tangga yang menghubungkan kamar Ania.

Ketika sampai didepan pintu kamar, terlihat jelas Ania yang tengah memejamkan matanya diatas lipatan tangan dengan posisi duduk.

Melihat kondisi Ania seperti itu, Alfin semakin cemas. Dia mendekat kearah gadisnya.

"Ania!"

"An!"

"Bangun!"

"Ania!" Panggil Alfin keras.

Ania menggerakkan sedikit badannya, merasa terusik dengan suara keras itu.

"Bangun!" ucap Alfin sambil menggoyangkan lengan Ania.

"Eguhh," Ania membuka mata perlahan menyesuaikan cahaya yang masuk ke netra matanya.

Saat semua nyawa sudah kembali berkumpul, Ania mendongok kearah sumber suara yang sudah berhasil mengusik tidurnya.

Seketika wajahnya shock, melihat Alfin yang berada di dalam kamarnya.

"Kamu ngapain ke sini?!" tanya Ania panik, dia refleks berdiri dari duduknya.

"Kamu nggak pingsan 'kan?" tanya Alfin polos.

Mulut Ania menganga lebar. "Hah? Siapa yang pisan?"

"Kamu."

"Aku tidur Al, bukan pingsan!"

"Oh," seru Alfin.

Mata Ania membulat sempurna. "Oh doang?" tanyanya tidak terima.

Alfin mengangguk seraya terkekeh kecil. "Udah mandi gih, katanya mau jenguk papah." suruh Alfin sambil mendorong tubuh Ania masuk kedalam kamar mandi dan menutup pintunya.

ANBELINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang