___HAPPY READING___
.
.
.
_____________Hening, sepi, sunyi menghampiri kedua remaja yang tengah berada di dalam mobil melaju dengan kecepatan sedang.
Alfin melirik ke arah Ania, saat gadis itu benar-benar tidak mengeluarkan suara sedikit pun. Dia terlihat seperti tidak mempunyai semangat hidup, bahkan kantong matanya membesar dan menghitam.
"Setiap aku beliin kamu yakult, pasti langsung diminum." Alfin melirik lagi ke arah Ania, gadis itu tetap melamun memperhatikan jalan dengan tatapan kosong. "Tapi sekarang kok belum diminum." lanjutnya dengan pandangan lurus ke depan.
Mendengar ucapan dari cowok disampingnya, membuat Ania langsung menunduk menatap lima botol yakult tanpa minat sedikit pun. "Aku nggak haus."
Alfin menghela nafasnya panjang. "Mau aku beliin sesuatu?"
"Nggak."
"Di sana ada nasi goreng enak. Mau?"
"Nggak."
"Kita mampir ke restoran kesukaan kamu dulu ya?"
Ania menoleh saat cowok itu tetap kekeh memaksanya. "Aku nggak laper. Langsung aja ke apartemen!" ucapnya agak ketus.
Alfin tersenyum miris. "Oke-oke kalau kamu nggak laper, kita bungkus aja bawa pulang."
Saat berada dipertigaan depan, Alfin membelokkan mobilnya ke kiri di depan restoran yang sudah sepi. Dia langsung turun tanpa memperdulikan omongan Ania.
Ania mendengus, saat Alfin mengabaikan ucapannya.
Setelah menunggu beberapa menit, Alfin kembali dengan tangan yang menenteng satu bungkus kresek hitam. Dia menaruhnya dikursi belakang.
Alfin menengok ke arah Ania kilas, saat cewek itu enggan menatap dirinya. "Masih mau ke apartemen?"
"Hmm."
"Udah larut malem, nggak besok aja beberesnya?"
"Besok sekolah mau pakai baju apa?" tanyanya balik yang masih enggan menatap Alfin.
Alfin terkekeh kilas, dia langsung menancapkan gas mobilnya menuju arah apartemen.
'dret dret.'
Getaran handphone berbunyi yang masih tidak mengalihkan perhatian cewek itu.
"Handphone kamu bunyi." Alfin berucap saat cewek disebelahnya masih melamun, tidak menyadari getaran handphonenya.
Sontak Ania mengalihkan pandangannya pada handphone yang terletak di dalam tas sampingnya. Dia membuka dan mengambil handphone yang ternyata panggilan dari Adhit.
"Hallo?"
"Lo di mana?"
"Gue lagi jalan ke apartemen."
"Sama siapa?"
Ania melirik Alfin kilas, cowok itu tetap memfokuskan matanya ke arah jalan depan. "Alfin."
"Oke, jangan lama-lama, cepet pulang!"
"Hmmm."
Panggilan terputus secara sepihak yang membuat Ania kembali memfokuskan pandangannya pada luar jendela. Sampai tidak membuatnya tersadar jikalau mobil yang Alfin kendarai sudah berhenti di depan apartemen.
"Ekehm," Alfin berdehem membuyarkan lamunan gadis disampingnya.
Ania tersadar. Buru-buru dia menoleh ke arah Alfin. "Udah sampai?" tanyanya lugu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANBELIN
Teen Fiction[Follow akun penulis dulu sebelum baca] Ania Octavian, gadis yang kerap disapa Ania itu identik dengan senyum yang manis. Tetapi siapa sangka, senyum itu ia tunjukkan hanya untuk tipuan belaka. Kehidupan Ania sangat berbanding terbalik dengan senyum...