___HAPPY READING ___
.
.
.
____________Alfin memasukkan beberapa barang miliknya ke dalam tas yang tidak terlalu besar. Dia sudah dinyatakan pulih 90 persen dan dibolehkan pulang ke rumah, dengan syarat, selalu menjaga pola makan agar tubuhnya tidak memburuk lagi.
"Al, ini mau dibawa pulang?" tanya Bella sambil menunjuk bekal Spongebob kuning milik cowok itu.
Alfin mengangguk dengan cepat. "Itu barang penting, jangan sampai ketinggalan."
Bella terkekeh mendengarnya. Dia tau jika wadah bekal Spongebob adalah kesukaan Alfin dari kecil. Dan ajaibnya lagi, bekal itu masih utuh bagus sampai sekarang.
Bella memasukkan bekal Spongebob itu ke dalam tas dan memasukkan semua sisa barang yang ada di atas brankar.
Saat semua barang sudah masuk ke dalam tas, Bella menarik resleting menutupnya dengan rapat. "Udah selesai, ayo kita pulang." ajak Bella yang kembali menatap Alfin yang entah dari kapan melamun menatap jendela kaca besar.
"Al." panggil Bella yang seketika membuyarkan lamunan Alfin.
Alfin tersadar, buru-buru dia berbalik badan berjalan ke arah Bella. "Kenapa? Udah selesai semua?"
Bella tersenyum miris mendengar itu. Dia mengangguk pelan sebagai jawabannya. "Kalau hati lo belum siap, masih ada waktu buat kembali sama dia."
Alfin menghembuskan nafasnya panjang. "Dan setelah itu gue tinggalin dia gitu aja?" tanyanya tidak percaya. "Yang ada malah berujung sakit buat gue sama dia, Bell."
Bella mengangguk paham. "Kalian sama-sama terluka. Jadi perbaiki sebelum terlambat."
"Gak ada waktu. Ayo kita pulang." ajaknya membawa tas ransel itu dan beranjak pergi mendahului Bella.
Manik biru Bella menatap punggung Alfin yang tidak jauh darinya dengan tatapan lesu, sebelum dia berjalan menyusulnya. Tetapi seketika langkah Bella terhenti saat seseorang mencekal lengannya dari balik tirai hijau.
Badan Bella memutar menghadap pemilik tangan itu. Di balik tirai panjang yang digunakan sebagai pembatas, Bella mendapati Ania yang terduduk dikursi roda sambil menatapnya dengan mata kosong.
"Bell, gue tau kata maaf gue nggak akan pernah bisa buat lo percaya lagi sama gue. Gue tau lo kecewa sama gue. Tapi apa boleh sikap lo nggak seasing sekarang?"
"Gu-gue....."
"Gue kesepian Bell. Gue rindu perhatian lo."
Bella terdiam lama, perasaan melas yang ia pendam, bangkit kembali setelah mendengar perkataan pilu dari Ania. Jujur, Bella juga sama. Dia tidak ingin bersikap seperti ini, tetapi kekecewaan Bella pada Ania lah yang sudah berhasil membuat sikap Bella berubah drastis.
Tangan Bella menyentuh tangan Ania, melepaskannya dengan cepat. "Gue nggak bisa kembali percaya lagi sama lo, gue butuh waktu."
Ania menunduk, penolakan dari Bella membuat luka baru dihatinya hingga tanpa sadar membuat pandangan Ania memburam seketika. "Gue ngerti jelas perasaan lo, Bell. Tapi kenapa, sedikitpun lo seperti sengaja nggak mau ngertiin perasaan gue?"
"Gue lumpuh Bell, gue butuh sosok lo buat nyemangatin gue sembuh." Punggung tangan Ania bergerak menahan air matanya yang membendung banyak. "Gue nggak bakal sembuh secepat yang gue mau, kalau penyemangat gue hilang."
"Bell, gue tau nggak mudah buat lo nerima gue kembali. Tapi gue mohon.... Jangan seasing ini."
"An! harusnya lo sadar sama sikap lo sendiri yang udah buat gue jadi seperti ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
ANBELIN
Teen Fiction[Follow akun penulis dulu sebelum baca] Ania Octavian, gadis yang kerap disapa Ania itu identik dengan senyum yang manis. Tetapi siapa sangka, senyum itu ia tunjukkan hanya untuk tipuan belaka. Kehidupan Ania sangat berbanding terbalik dengan senyum...