.
..
________________'brakkk'
"ANIA!" pekik Alfin keras.
Alfin memejamkan matanya kuat-kuat menahan rasa sakit di bagian lengannya. Dia berhasil menarik tangan Ania kebelakang dan menjatuhkan gadis itu kedalam dekapannya.
Ania membuka matanya perlahan disaat tidak terjadi apa-apa, pandangannya kosong lurus kedepan. Apa yang barusan dirinya perbuat? Hampir saja dia merenggut nyawanya sendiri.
Ania menggeleng kuat. Tidak, dia tidak boleh meninggal sekarang. Masih ada harapan yang harus dia gapai. Perlahan pandangan Ania turun kearah Alfin, dia menatap mata cowok itu dengan sedu.
"A-l," panggil Ania terbantah.
"Jangan lakuin itu, aku mohon." lirih Alfin dengan air mata yang entah turun dari kapan.
Ania memeluk Alfin erat. Posisinya mereka jatuh terlentang saling memeluk dengan tangan Alfin sebagai bantalan kepala Ania.
"Ma-af," ucap Ania sambil terisak, dia membenamkan wajahnya ke dada bidang milik pria itu.
"Jangan tinggalin aku." pinta Alfin. Dia mendekap erat tubuh Ania, memberinya kehangatan.
"Gak akan."
Alfin tidak membalas ucapan gadisnya, dia memejamkan matanya merasa lega juga lelah yang bercampur menjadi satu.
Ania meregangkan pelukannya, dia hendak berdiri. Tetapi tangan kekar Alfin menariknya, menahan gadis itu agar tidak merubah posisinya.
"Sebentar An, aku lelah." ucap Alfin lirih.
Ania tertegun sekejap saat mendengar suara berat dari Alfin, dia seperti benar-benar lelah.
"Hmmm." balas Ania, dia memposisikan tidurnya senyaman mungkin.
Alfin mulai memejamkan mata yang terasa berat. Tangannya terus bergerak mengusap lembut surai hitam milik gadisnya.
****
"Hallo bos," ucap seseorang pria dengan suara bas di telepon.
"Ada berita apa?" tanya seorang pria yang tengah meneguk segelas bir didalam club malam.
"Dia udah siuman."
'brakk'
Pria tadi mendobrak meja didepan dengan keras, merasa kesal dengan berita yang dibawa orang suruhannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANBELIN
Novela Juvenil[Follow akun penulis dulu sebelum baca] Ania Octavian, gadis yang kerap disapa Ania itu identik dengan senyum yang manis. Tetapi siapa sangka, senyum itu ia tunjukkan hanya untuk tipuan belaka. Kehidupan Ania sangat berbanding terbalik dengan senyum...