3.

1.4K 265 317
                                    

___HAPPY READING___
.
.
.
__________

Sorot sinar matahari pagi muncul dari balik hordeng kamar gadis yang masih enggan membuka matanya.

Anita, yang baru saja membuka pintu kamar anaknya langsung berkacak pinggang. "Ania, astaghfirullah kamu ini yah kebo banget kalau tidur!" Anita berteriak nyaring sambil menyibak selimut yang Ania pakai.

"Cepat bangun!"

Mata Ania mengerjap silau saat sorot itu berhasil masuk ke dalam netra matanya. "Mah, ini masih pagi jangan teriak dulu, hoammm."

"Pagi dari mana udah setengah enam! Cepat bangun, mandi, sholat terus turun ke bawah!"

"Lima menit lagi." Gumam Ania yang masih setia memejamkan matanya.

"Bangun apa mamah cubit pantat kamu?!"

Ania beralih duduk lemas dengan nyawa yang masih setengah tertinggal. "Cubit terus, cubit lagi, cubit aja sampe pantat Ania tepos."

"Udah tepos juga nanggung amat," lirih mamahnya.

"Apa Mah? Ania masih denger yahh!"

"Udah cepet mandi terus sarapan, mau kamu ditinggal bang Adhit?"

Ania merebahkan kembali badannya dikasur. "Ditinggal juga gak papa, Ania 'kan punya Alfin." ucapnya dengan mata kembali terpejam.

Anita menarik nafasnya dalam-dalam bersiap mengeluarkan suaranya. "CEPET MANDI ANIAAAAA!"

"Iya Mah." Panik Ania yang langsung berdiri, berlari terbirit-birit masuk ke dalam kamar mandi sebelum dia mendapatkan jurus ampuh dari Anita.

___ANBELIN___

Ania berjalan menuruni tangga dengan langkah gontai.

"Lesu bener tuh muka kek lap." celetuk Adhit sambil mencomot sandwich di depannya.

Ania berdecak, dia menarik kursi di sebelah abangnya. "Mulut lo bang!" Sewotnya.

"Tumben banget lo bangun pagi," lagi, tanya Adhit dengan raut wajah terheran-heran.

"Heran banget lo! gue bangun siang salah, bangun pagi juga salah!"

"Lo 'kan orangnya pemalas, ya nggak salah kalau gue heran!"

"Gue bukan pemalas!"

"Terus apa kalau bukan pemalas?"

"Gue tuh sebenarnya rajin cuma malas aja."

Adhit menatap sinis adiknya yang berada di sebelah. "Sama aja, babi!"

Ania terkekeh, dia hendak mengambil sepotong sandwich di depannya, tetapi ia urungkan saat tangan kekar sudah mengambilnya terlebih dahulu.

Ternyata Aldi pelakunya, dengan sengaja dia mengambil apa yang akan Ania ambil.

Aldi menarik kursi samping Anita dengan mulut penuh, mengunyah sandwich milik Ania.

Ania menatap meja makan di depannya dengan senyum miris. "Mah, Ania hari ini harus makan mie instan lagi?"

Adhit yang sedang mengunyah makanan pun sontak menghentikan aktivitasnya saat mendengar ucapan adiknya. Memang benar faktanya, setiap pagi Ania selalu memakan mie instan jika semua sarapan dimeja sudah habis.

Anita menengok ke arah sumber suara, dia menatapnya dengan kasihan. Detik berikutnya pandangan Anita beralih ke depan meja makan suaminya. "Mas, chicken punyamu nggak dimakan?"

ANBELINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang