56.

580 62 15
                                    

___HAPPY READING___
.
.
.
_____________

Mata Ania mengejap saat sorot sinar putih sangat menyilaukan matanya yang hampir membuat Ania tidak bisa membuka matanya secara penuh.

Ania mengedarkan pandangannya pada tempat yang saat ini ia pijak. Dia bingung, tempat ini belum pernah ia datangi bahkan belum dia lihat sebelumnya.

Namun melihat banyaknya bunga kuning yang bergoyang karena tiupan angin kencang, membuat senyum diwajah Ania mengembang dengan sendirinya.

Ania menghampiri bunga itu, memetik satu dan menghirupnya dengan hati yang damai. Berada ditempat sepi yang seperti ini membuat perasaannya menjadi sangat nyaman, seakan tidak ada beban besar yang menggelantung disetiap hari-hari biasanya.

Pandangan Ania beredar, diluasnya tempat yang saat ini ia pijak tidak ada satu orangpun yang Ania lihat. Tempatnya sangat sunyi juga sepi, yang malah membuat Ania nyaman berada di sana.

Saat Ania akan berjalan menuju kursi panjang yang terletak tak jauh darinya, pandangannya tak sengaja menangkap pria yang ia rindui berada jauh diujung sana.

Tubuh Ania mematung seketika. Bertemu kembali dengannya adalah suatu hal yang sangat mustahil untuk dipercaya. Tetapi saat ini, Tuhan memberikan keajaiban untuk Ania bisa bertemu kembali dengannya.

"Papah." panggil Ania tersenyum dengan perasaan bungah.

Tetapi seseorang yang Ania panggil tidak merespon apapun. Dia terlihat seperti menggelengkan kepalanya seolah melarang Ania untuk menemuinya.

Tetapi perasaan rindu yang berada di lubuk hati Ania, membuatnya berlarian mendekati Aldi yang tetap berada pada posisinya.

"Papah!" teriak Ania keras dengan mata yang sudah berkaca-kaca, menahan rindu yang tidak pernah terbalaskan.

Ania merentangkan kedua tangannya lebar-lebar saat sudah berada didekat Aldi. Dia dengan perasan senang memeluk pira itu sehangat bayangannya, yang ternyata tidak bisa Ania gapai semudah pikirannya.

Tubuh Aldi tembus, tidak bisa digapai, bahkan dia berdiri tidak sepenuhnya menepak ditanah layaknya Ania berdiri.

Ania menatap kedua tangannya tidak percaya, dia mencoba kembali memeluk Aldi yang tetap tidak bisa Ania peluk. Ania menatap Aldi. "Papah Ania rindu papah, peluk Ania sebentar Pah. Ania mohon...."

Aldi menggeleng, rautnya sama sekali tidak berekspresi. "Kamu harus pulang sekarang, kamu belum pantas berada ditempat ini."

Ania menggeleng dengan mata yang sudah berkaca-kaca. "Nggak. Ania mau ikut papah."

"Ania nggak mau pulang. Rumah untuk Ania pulang udah nggak ada lagi, Pah."

"Nggak ada kebahagiaan di sana."

"Kebahagiaan Ania ada di sini, sama papah."

"Ania mohon, jangan suruh Ania pulang. Ania mau pulang ikut sama papah."

"Ania, belum saatnya kamu berada di sini. Tempat ini terlalu jauh dari tempat kamu sebenarnya." ucap Aldi dengan suara yang begitu lembut. "Kamu harus pulang, ada satu orang yang sangat menunggu kepulangan kamu, Ania."

Ania menggeleng, tangannya masih berusaha menggapai tangan Aldi yang tembus. "Nggak, Ania nggak mau pulang. Semua orang udah nggak perduli lagi sama Ania."

"Kepercayaan mereka sama Ania udah hilang, Pah."

"Ania nggak tau cara menyelesaikan masalah."

"Ania lemah, Ania nggak bisa berbuat apa-apa."

ANBELINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang