21.

727 71 96
                                    

___HAPPY READING___
.
.
.
_____________

Me:
"Aku didepan apartemen."
"Mau dibawain apa?"

Alfin mendengus kecil saat melihat pesan yang ia kirim hanya berceklis satu. Matanya mengedarkan pandangan keseluruh penjuru depan apartemen, dia melihat penjual bubur disudut kiri jalan.

Dengan langkah yang cepat ia menghampiri penjual itu. "Bu, dua bungkus." ucap Alfin pada seorang wanita paruh baya yang sudah berusia.

Wanita itu tersenyum seraya mengangguk.

Setelah menunggu sekitar lima menit, pesanan itu sudah jadi, buru-buru Alfin bergegas menyebrang jalan dan masuk kedalam apartemen.

Alfin membuka handphone lagi guna mengecek pesan yang ternyata masih ceklis satu.

Ketika sampai didepan pintu apartemen, tangan kekar milik cowok itu menekan beberapa angka pin, dan masuk kedalam.

"Ania!" panggil Alfin sedikit berteriak.

Ania yang sedang berada didepan meja belajar, menyiritkan dahi saat mendengar suara yang sangat familiar, dia beranjak dari duduknya dan berjalan keluar dari kamar.

Dapat dilihat dengan jelas sosok Alfin yang tengah menaruh dua piring diatas meja makan dengan pakaian seragam lengkap.

"Pagi banget ke sininya?" tanya Ania. Gadis itu langsung menarik kursi dan mendudukkan dirinya disana.

"Hmmm," sahut Alfin kilas.

Ania menatap kantong plastik hitam diatas meja makan dengan penasaran. "Apa itu?"

Alfin melirik Ania kilas, dia mengeluarkan dua bungkus bubur didalam mangkuk. "Kamu belum sarapan?"

"Belum."

"Nih." ucap Alfin seraya menyodorkan mangkuk berisi bubur didepan meja Ania.

"Buat?" tanya Ania terheran.

"Sarapan."

"Kan aku bisa sarapan di luar."

Alfin menatapkan pandangan kearah Ania dengan sorot tajam, yang membuat gadis itu seketika bergelidig ngeri.

"Makan!" titahnya galak.

Ania menurut saja. Dia mengambil sendok didepan dan langsung melahap bubur itu dengan cepat.

"Kamu gak makan?" tanya Ania dengan mulut penuh.

"Makan," jawab Alfin singka, dia langsung melahap bubur didapannya hingga hening pun menghampiri mereka.

"Belum mandi?" tanya Alfin memecah keheningan.

Ania menggeleng. "Udah."

"Kenapa gak pake seragam?"

Ania meletakkan sendok diatas piring. Dia meneguk sedikit air.

"Kenapa?" tanya Alfin heran.

Ania menggeleng. Raut wajahnya terlihat sangat cemas.

ANBELINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang