39.

415 32 46
                                    

___HAPPY READING___
.
.
.
___________

Selepas mengantar Ania pulang, Alfin bergegas mengendarai motornya menuju arah rumah, karena handphone yang sendari tadi ia saku terus berdering tanpa henti.

Dengan pandangan yang tidak terlalu jelas, Alfin melirik jam yang melingkar ditangannya. Tepat pukul 23:30 malam. Raut wajahnya semakin gelisah dengan tangan yang bergerak menancapkan gas motornya, melesatkannya dengan sangat cepat.

Tidak lama kemudian, motor yang Alfin kendarai sampai di depan gerbang pintu rumah yang identik dengan warna glod, Alfin langsung memanggil satpam yang berjaga di depan untuk membukakan gerbangnya.

"Silahkan masuk Den," ucap satpam itu ramah.

Alfin hanya tersenyum kilas dan langsung menjalankan motornya lagi menuju bagasi rumah. Namun ketika ia berada di dalam bagasi, batinnya bertanya-tanya saat melihat satu mobil mewah yang baru dilihatnya sekarang.

Merasa ada seseorang yang datang, buru-buru Alfin berjalan masuk ke dalam rumah. Seketika tubuhnya berhasil mematung sempurna ditempat, saat melihat seorang perempuan tua yang tengah duduk bersama kedua orangtuanya.

Kedatangan yang sama sekali tidak Alfin tunggu, berada tepat dimatanya sekarang.

Alfin gugup. Dia menarik, hembuskan nafasnya berulang kali saat pandangan wanita itu berhasil menangkap kearahnya.

Di sofa ruang tengah sana, seorang wanita tua dengan pakaian formal menatap ke arah Alfin dengan tatapan mata yang cukup dalam.

"Dari mana kamu jam segini baru pulang?" tanya wanita itu dengan suara khas bule.

Sontak, Sinta dan Derta langsung memutar kepalanya mengarah ke arah pintu. Mereka sama-sama membuang nafasnya kasar, saat melihat kehadiran Alfin yang sangat-sangat telat ditunggu.

Dengan langkah pelan, Alfin mendekat ke arah mereka. Dia meraih tangan wanita tua itu untuk bersalaman dan duduk di sebelahnya.

"Alfin habis cek kafe dari sore," ucapnya antara berbohong juga fakta.

"Iya bener Ibu, akhir-akhir ini Alfin sering disibukkan sama urusan caffe." sambung Sinta dengan cepat sambil tersenyum, berharap wanita itu luluh dan percaya.

"Seberapa besar omset kamu, hingga lupa hari ini kepulangan saya ke rumah?" tanyanya yang masih menatap Alfin.

Alfin tersenyum kilas. "Bukan karena omset Oma, tapi karena Alfin lebih suka mencari uang sendiri."

Ya, wanita tua yang disebut Oma oleh Alfin adalah ibu dari Sinta. Jamesh Quenithyensen, bule keturunan asli dari bangsa Belanda. Jamesh tinggal di Swiss dengan hartanya yang sangat-sangat berlimpah. Dia janda kaya raya yang hanya mempunyai satu anak, Sinta Quenithyensen, yang merupakan ibu dari Alfin Adwira.

Jamesh kembali ke Indonesia bukan tanpa sebab. Banyak sebab yang mengharuskan jamesh pindah ke Indonesia sementara.

Jamesh menghembuskan nafasnya kasar. "Kamu perlu uang? Berapa? Tinggal bilang sama saya, saya akan kasih uang sesuai yang kamu minta."

"Alfin nggak perlu uang Oma, Alfin punya banyak uang sendiri."

Jamesh tertawa. "Kamu sudah siap berjalan lebih jauh lagi?"

Hening.

Alfin yang tadinya ikut tertawa mendadak terdiam cukup lama. Sama halnya dengan Sinta dan Derta yang hanya saling menatap satu sama lain.

"Ibu, dia belum lulus SMA. Masih ada S1, S2 dan S3 yang harus dia tempuh." sela Sinta menatap ibunya serius.

Jamesh membalas tatapan itu lebih dari serius. "Terus apa gunanya saya datang kemari?"

ANBELINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang