Kembali | 1 |

3.3K 356 111
                                    

Yoo gimana kabar kalian?
Hehe baru bisa up, karena baru ngetik lagi.

Soalnya baru ada ide sama kemarin sibuk nonton anime.

Yahh pokoknya selamat menikmati, dan sorry ini ceritanya baru lagi..^^

Soalnya belum ada ide buat lanjut cerita lain, kalo di paksain buat nulis yang ada hasil ceritanya terkesan memaksa dan ya kurang Bagus.

Yah begitulah, pokoknya jaga kesehatan.














~HappyReading~
~JanganLupaFollowAkunSaya~














Bumi, 2039.

"Iya, iya, aku akan bergegas, sampai jumpa."

Tuut.

"Hah, dia cerewet sekali." helaan nafas terdengar, pria berkisar 39 tersebut segera mengantongi handphone pintarnya, dan dengan santai berjalan melewati sebuah sekolah.

Tempat yang di tujunya memang dekat dengan sekolah ternama di sana, biasanya dia jarang sekali berjalan kaki, mengingat statusnya, tapi untuk sekarang keadaan sedang sepi. Jadi pria tersebut memutuskan untuk berjalan, masih pagi juga.

Bruk.

"Aishh... Sakit.." rintih seorang siswa yang menabrak pria bersurai coklat, karena perbedaan kekuatan, yang jatuh ke tanah hanyalah siswa tadi.

"Paman! Bisa gak sih gak halangin jalan orang?" omel siswa laki-laki yang kini sudah kembali berdiri, sedangkan pria baya di hadapannya terdiam.

"Paman ini dengar ucapanku tidak?" tersentak, pria yang dipanggil paman oleh anak remaja di depannya mengkerut. Melihat bagaimana penampilan anak sekolah itu.

Lihatlah, seragam sekolahnya yang jauh dari kata rapih, dua kancing paling atas dibiarkan begitu saja tanpa adanya dasi tersemat di sana. Lalu, jangan lupakan rambut acak berwarna mirip pelangi miliknya.

Apa ini anak sekolah atau preman jalanan?

"Hei, kau kabur dari sekolah?" suara berat pria tersebut terdengar, di ikuti decihan si anak sekolah.

"Memang apa urusannya dengan paman? Sudahlah, kau membuang waktuku, lebih baik aku segera pergi ke warnet." balasnya, orang yang menjadi lawan bicaranya kembali menghela nafas mendengar nada tidak sopan juga bahasa informal itu.

Anak sekolah tadi sudah ingin mengeluarkan skateboard miliknya dari penyimpanan kapsul jika saja pria baya di hadapannya tidak ikut campur dengan cara menahan tangannya. Tatapan sengit diberikannya untuk si paman tak di kenal.

"Apa sih? Lepas, orang gak kenal juga." kesalnya, tapi seolah tuli si paman tidak juga melepaskan tangannya. "Tidak baik untuk membolos." ujarnya tanpa ekspresi, dengusan dari si anak keluar.

"Paman itu bukan guru ataupun orangtua saya! Lepas!" suara anak remaja itu sedikit meninggi, tidak ingin terjadi keributan, pria bersurai coklat segera melepasnya.

Krruyuuukk...

Keduanya terdiam mendengar sebuah raungan nada perut milik si anak sekolah, dapat di lihat telinga anak itu memerah, sebuah senyum kecil milik pria berkepala 3 di sana tercetak.

"Kau lapar ya?" ejekan yang di lontarkan terdengar sangat jelas bagi si anak remaja, "Bukan urusan paman!" rajuknya, dan sebuah tawa lama kembali terumbar di sana.

"Hahahahha, kau ini benar-benar, siapa namamu?" Netra coklat milik si remaja menatap awas pria di depannya, "Apa paman buta sampai tidak bisa melihat name tag milikku?" desis anak remaja kesal, pria itu menganggukkan kepala mengerti lalu membaca sebuah name tag di dada kiri.

Fullsun~🌻Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang