Yo guysss...
Saya up lagiii..
Maaf yaaa lama,
Yah mau bagaimana lagiii...
Oh iyaaa saya mau bilang, tolong jangn lupa mampir yaaaa ke tiktok sayaa...
Bantuin promosi saya hehe...
Makasih banget yang udah like vt sayaaa...
See you~
Ditunggu ajaaa, akan ada trailer wattpad book Swaire disanaaa... Ditunggu yaaa...~HappyReading~
~JanganLupaFollowAkunSaya~2 hari setelah hari kejadian.
Sukhwan serta Ginwan kini saling berhadapan, tak ada satupun dari mereka yang membuka percakapan.
Hampir setengah jam mereka berdua hanya duduk diam sembari menatap kopi masing-masing, terlalu larut dalam lamunan.
'Apa mereka berdua bisu?' bisik pelanggan lain ketika melewati meja mereka.
Sukhwan mulai mengalihkan pandangan, ia tatap sang adik di seberang. "Apa yang harus kita lakukan?"
Ginwan tersentak, matanya sedikit membesar kala menatap sang lawan. Apalagi dalam kalimat yang dilontarkan tidak terkandung kebencian.
"Apa kau... Mulai berubah pikiran?" antusias Ginwan sungguh terlihat oleh mata Sukhwan, remaja itu meringis.
"Ya, aku pikir... Aku terlalu kekanakkan dulu, soal kondisi kita bertiga... Maaf," gumam Sukhwan yang masih bisa di dengar.
Senyum serta air mata tidak bisa Ginwan bendung, meskipun ia terlihat garang tak dapat dipungkiri bahwa Ginwan adalah anak yang cengeng.
"Ka-kau menerimanya?!" pekik Ginwan tidak percaya, Sukhwan menunduk malu karena kini mereka menjadi pusat perhatian.
"Kau benar-benar menerimanya?! Jawab aku!" Ginwan masih saja menarik atensi orang, Sukhwan terpaksa menurunkan lidah topinya untuk menutupi rasa malu.
"Kupikir kau tidak perlu berteriak, kau membuat kita menjadi pusat perhatian."
Seolah sadar Ginwan ikut merasa malu, karena posisinya kini berdiri dan sedikit condong pada Sukhwan. Remaja itu meringis, tak lupa ia juga meminta maaf pada pengunjung lain.
"Maaf... Nah, jadi kau sungguh-sungguh?!" kali ini Ginwan berbisik, suaranya sangat kecil.
"Ya, maaf... Aku terlalu kekanakkan, padahal jika dipikir lagi, adik bungsu kitalah yang hidup serba kekurangan... Harusnya... Kita lebih bersyukur..."
Ginwan tersenyum, ia menatap sang Kakak sendu. "Baik kau ataupun aku, sama-sama mendapat tekanan mental. Jadi, kita bertiga sama menderita dalam aspek yang berbeda."
Sukhwan diam, ia mulai menatap Ginwan. Masih terlihat bekas ungu di ujung bibir, "maaf... Aku hilang kendali saat menghajar dirimu.." sesalnya dibalas senyuman lebar milik Ginwan.
"Ahahaa, tidak apa-apa. Pertengkaran antara anak kembar itu sudah biasa,"
Sukhwan ikut tersenyum meski sedikit, adik keduanya ini sangat positif.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fullsun~🌻
FanfictionTak pernah mereka lihat si Fullsun menitikkan air mata, namun hari ini, untuk pertama kalinya mereka menyaksikan kepedihan mendalam si Fullsun~NCT Wajah bahagia itu menyimpan banyak luka, menampung semua beban yang ada. •Brothership •NCT | WAYV •F...