Haikal | 2 |

1.8K 232 58
                                    

Yoo guys, saya Up...

Sorry yaa kalo kelamaan, minggu kemarin saya sedang terkena musibah jadi baru bisa menulis ini...

Buat kalian yang udah nunggu makasih banget,,,

Buat yang Vote juga, saya ucapkan beribu-ribu terimakasih^^

Oke, gak usah basa-basi lagi, silahkan dinikmati yaaa~~

See you~

Jangan lupa Vote!


Oh iya, saya di sini gak bermaksud menyinggung siapapun ya!
Kita punya kepercayaan masing-masing.
Dibawa enjoy sajaa...
Mau di percaya atau tidak itu terserah diri masing-masing^^






















~HappyReading~
~JanganLupaFollowAkunSaya~
















































Haikal berbalik, "ngapain gua nurut sama lu huh? Lu bukan emak gua juga, cih, dasar sok suci!" cecarnya dan pergi dari sana, semua santri dibuat melongo.

"A-ah biar Mahen yang susul Kang," seru Mahen mengikuti langkah Haikal.

.
.
.

Haikal berjalan penuh emosi, kesenangannya diganggu oleh orang aneh. Memang apa salahnya muter lagu buat ngehibur coba?!

Padahal kan ya si Haikal udah baik bolehin semua orang denger musik kesukaan dia, eh dianya malah mau di hukum. Motto hidup Haikal bener, semua memang gak adil!
(Gak adil dari mananya dodol!_- lu yang bikin rusuh,)

"Eh, ngapain disini pak Kyai?"

Di tempat lain Mahen kehilangan jejak, anak yang Abi-nya suruh awasi telah hilang. Mahen memasang wajah lelah, baru kali pertama dirinya direpotkan seperti ini padahal kelas masih berlangsung. "Duh dimana ya si Haikal?"

Keadaan sepi karena memang semua orang tengah belajar, walau bentar lagi bubar karena adzan ashar. "Eh?"

Mahen menghentikan langkah saat menemukan Haikal dengan Abi-nya tengah berbincang, dia menghela nafas lega.

"Kalau begitu aku tidak perlu khawatir dia membuat rusuh lagi," katanya dan pergi dari sana.

"Lagi ngadem aja, kamu sendiri ngapain di sini?" tanya Kyai Rahmat seraya menatap balong di depan, memang di Pesantren ada balong ikan Lele.

"Dih, sok keren bahasanya ngadem si pak Kyai, ahahahaha, sumpah kagak cocok! Ahahaha," tawa Haikal dan Kyai Rahmat hanya tersenyum dikatai seperti itu.

"Tadi Haikal di Mesjid puter lagu ya? Kalo boleh tahu itu lagu apa?" Haikal melirik lewat ujung mata kemudian mendengus, "lu gak akan tahu," katanya ketus.

Kyai Rahmat geleng-geleng kepala denger ucapan Haikal yang kelewat kurang ajar, tapi dia maklum untuk itu. "Dulu, ada satu murid saya yang suka sekali nyanyi. Suaranya juga Indah," Haikal hanya diam tanpa menyela,

"Selama dia di sini, dia menjadi seorang quro dan selalu memenangkan perlombaan," dahi Haechan mengernyit, "tunggu, quro itu apaan?"

"Quro itu orang yang melantunkan ayat suci al-qur'an dengan nada, nah menurut saya suara Haikal juga Bagus kalo buat quro," jawab Kyai Rahmat dengan penuh kesabaran, pemuda yang sedang di nasehati merebahkan tubuh di atas tanah seraya menjadikan kedua tangannya sebagai bantal. Dia menatap langit yang membentang.

Fullsun~🌻Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang