📆 168 Hari 📆

254 35 1
                                    

Cerita ini hasil pemikiran nyata penulis sendiri.  Maaf jika ada nama, tempat, latar dll.

Selamat membaca ini dan selamat menikmati cerita ini. Semoga kalian suka dengan cerita ini.
Terima kasih.

•••

Saat ini aku sedang berada toko buku, mencari sosok yang sudah hampir satu minggu tidak terlihat. Biasanya setiap hari dirinya hadir saat aku berada di toko buku.

Aku memperhatikan setiap sisi dan sudut ruangan ini, tapi dirinya sama sekali tidak.

Aku berjalan, jemariku menyentuh tiap-tiap buku yang ada di rak, dan berhenti di salah satu buku yang cover-nya berwarna merah bergenre romance. Aku mengambil buku itu, dan membukanya.

Helai demi helai aku baca, apa yang istimewa dari buku ini sehingga dirinya saat menyukai buku  ber-cover merah ini?

Di halaman 168 aku melihat sebuah surat yang terselip di halaman itu. Aku mengambilnya, tertulis jelas di depannya adalah namaku.

Untuk Albi, si kutu buku.

Aku mendengkus setelah membaca kata dari buku itu, sudah beberapa kali aku mengatakannya aku hanya suka membaca bukan gila membaca.

Aku berjalan ke arah pojok tempat toko buku itu dan duduk di sana. Aku membuka surat itu dan membacanya.

Hai Albi

Sebenarnya aku juga gak tau mau nulis apa, em gimana kalau aku nulis saat aku ketemu sama kamu?

Kamu tau gak? Awal itu aku gak sengaja liat kamu baca buku di sini. Aku terus merhatiin kamu waktu itu, terus timbul rasa kagum, ya hanya kagum

Setiap hari, setiap hari saat aku ke sini aku pasti selalu liat kamu lagi baca. Kamu tau kenapa aku bisa kagum sama kamu? Bagi aku buku itu keren jendela dunia yang luar biasa, jadi saat pertama kali aku liat kamu, aku merasa kamu itu keren karena gak banyak cowok yang suka sama buku.

Kamu ingat waktu itu? Saat aku tertangkap basah sedang merhatiin kamu. Aku pikir kamu bakal marah sama aku karena aku perhatiin, ternyata kamu datang ke aku terus kamu beri buka yang ada di tangan kamu. Kamu juga bilang, kalau mau buku ini kasi tau aja jangan diliatin terus.

Bi, sebenarnya waktu itu aku gak liatin bukunya yang aku liat itu kamu. Terus kamu ngasi aku buku yang bercover merah itu dan kamu pergi nyari buku lain.

Setelah hari itu, aku selalu gangguin kamu membaca. Aku tau kamu gak suka sama kehadiran aku, tapi aku selalu berpikir rasa gak suka itu bisa menjadi suka.

Kamu masih ingat saat kita keluar bareng dari tempat ini? Aku manggil kamu Bi dan penjaga toko buku ini ngira kamu pacar aku. Sumpah, aku malu banget, apalagi waktu itu diliatin sama banyak orang. Aku harap kamu masih ingat sama waktu itu.

Dari hari itu, aku mulai tidak percaya sama rasa kagum itu, sepertinya rasa kagum itu tergantikan sama rasa lain, Bi. Sepertinya rasa yang menggantikannya adalah cinta. Aku jatuh cinta pada seorang Albi yang kutu buku.

Namun, rasa itu semakin hari semakin sakit, Bi. Seolah-olah kita sama-sama medan magnet utara yang saling tolak menolak. Padahal aku sangat berharap kamu menjadi Selatan dan aku menjadi Utara dalam medan magnet itu.

Aku tau, Bi, sampai kapan pun kamu gak bakal bisa jatuh cinta sama aku. Ya, walaupun kamu sudah nerima aku sebagai teman, dan aku tau kata teman itu tidak akan pernah berubah.

Albi, kalau aku tidak datang lagi ke tempat ini, itu tandanya aku pergi. Ya, aku pergi, aku akan berhenti mengajar sesuatu yang semakin jauh saat aku kejar. Aku gak pergi jauh kok, Bi, aku cuma mau istirahatka hati ini. Mungkin suatu hari nanti, saat hatiku sudah benar-benar sembuh dari kamu, aku akan ke sini lagi. Kita baca buku bareng-bareng lagi.

Oh, ya, kamu tau kenapa surat ini aku letakin di halaman 168? Sudah aku duga kamu gak tau, 168 itu adalah hari kita bersama di tempat ini, ya hanya sampai 168, kisah yang singkat yang indah banget bagi aku, Bi, tapi sekaligus sakit.

Bye, Albi. Aku pergi jaga kesehatan kamu.

Dari: Yuina, cewek yang suka Albi

Aku menggenggam erat surat itu. Surat yang ditinggalkan oleh gadis berisik yang pernah aku temui di tempat ini.

"Aku yang gak peka, atau aku yang gak peduli sama perasaan lo, Na?"

"Jika udah seperti ini, mungkin kata maaf gak bisa sembuhin hati lo dan gak bisa balikin lo yang udah pergi."

"168 hari, ya, Na? Ya, kamu benar kisah singkat kita ternyata menyisakan sakit yag berat buat kamu."

"Seandainya waktu itu, aku peka sama perasaan kamu, kamu gak bakal pergikan, Na?"

"Tapi hanya kata andai yang bisa aku sebutin sekarang. Terus berandai kalau aku juga cinta sama kamu waktu itu."

Nyesal? Ya, aku nyesal karena rasa ini hadir setelah kamu pergi. Selama tujuh hari aku nyari kamu, baru aku sadar ternyata aku juga suka sama gadis berisik seperti kamu.

Seharusnya kamu gak pergi secepat ini, seharusnya kamu beri aku waktu lebih dari 168 hari itu buat nyadarin perasaan aku ke kamu.

Aku berjalan ke rak buku tadi, kemudian meletakkan buku bercover merah itu di tempat sebelumnya.

"Aku berharap, suatu hari nanti aku bisa bilang ke kamu kalau aku juga cinta sama kamu, walaupun kamu sudah tidak punya rasa lagi."

"Dan untuk sekarang, aku benar-benar merindukan kamu, si cewek berisik."

Nama: Hmz Arya
Jumkat: 817 kata

Kumpulan CerpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang