👫 Pertemuan Awal Pertemanan 👫

125 12 0
                                    

Cerita ini hasil pemikiran nyata penulis sendiri.  Maaf jika ada nama, tempat, latar dll.

Selamat membaca ini dan selamat menikmati cerita ini. Semoga kalian suka dengan cerita ini.
Terima kasih.

•••

Matahari semakin tinggi dan siang yang semakin terik panasnya. Setelah aku melakukan sholat dzuhur di mushola sekolah. Aku langsung melangkahkan kaki menuju lapangan sebelum itu aku melewati beberapa kelas dan melewati tembok-tembok bercat putih kusam yang dihiasi dengan coretan-coretan pulpen di dinding dan bangku yang ada di luar kelas. Siang ini siswa-siswi sudah kembali menuju rumah mereka bahkan sejak waktu menunjukkan pukul 11 tadi. Hanya ada aku dan beberapa siswa-siswi lainnya yang masih setia tinggal di sekolah. Melihat keadaan yang hening dan sepi, aku duduk di sebuah tempat duduk di pinggir lapangan yang di atasnya ada pepohonan sambil menghapal sebuah teks cerita dalam bahasa Inggris yang harus aku praktekkan satu pekan lagi  nanti di depan kelas. Aku melirik arloji berwarna hitam yang aku pakai di pergelangan tangan kiri, arloji sudah menunjukkan pukul 12.45. Sudah hampir setengah jam aku menunggu seseorang. Namun, tak ada tanda-tanda seseorang yang akan datang dan yang katanya akan membimbingku dalam berbicara fasih bahasa Inggris. Aku menghela napas yang panjang lalu melanjutkan sedikit hapalan yang sebentar lagi akan selesai.

Lima belas menit kemudian, aku mulai tersadar bahwa seseorang itu belum juga datang sampai saat ini. Namun aku mendengar suara langkah kaki yang terdengar tak jauh dan sepertinya mendekat. Aku tak yakin jika guru itu adalah seseorang yang aku tunggu. Aku menyandarkan punggungku ke tempat duduk itu. Sembari menghela napas dan mencoba menahan rasa kantukku agar bisa menunggu guru itu dan bisa latihan. Sesekali aku mendengar bunyi perut yang sudah keroncongan meminta makanan.

Tanpa kusadari, seorang pemuda yang menggunakan kemeja putih dan celana hitam berdiri terpaku di depanku. Pemuda tampan yang tingginya sama rata-rata dengan laki-laki lainnya. Memakai tas gendong yang terpampang di satu pundak. Wajahnya begitu sangar dan seperti tidak suka berhadapan denganku. Awalnya, aku tidak tahu siapa pemuda itu. Namun, aku teringat sebuah perkataan ibu guru yang mengatakan bahwa akan ada seseorang yang menemani ibu. Ah, ya atau mungkin pemuda itu anaknya atau saudaranya. Ah, aku tidak mempersulitkan soal itu, dan aku mencoba untuk mengajaknya untuk berbicara.

"Hai, Kak. Silahkan duduk jangan diam dan berdiri di situ," sapaku sambil mempersilahkan duduk di sampingku. Pemuda itu duduk tanpa berkata apa pun. Wajahnya masih sama terlihat sangat memukau walaupun terkesan cuek, tapi aku tidak menghiraukan sikapnya.

Ia duduk sambil melepas tas yang dari tadi ia kenakan di pundaknya lalu membuka resleting tas dan mengeluarkan sebuah buku yang mungkin isinya berupa pembahasan bahasa Inggris. Aku melihatnya dan terus memperhatikannya. Wajahnya masih tertunduk dan diam sambil melihat buku tersebut. Aku mencoba memperkenalkan diriku pada dia.

"Kak, apakah Kakak yang akan membantuku untuk berbicara fasih bahasa Inggris?" tanyaku ramah. Namun belum ada tanggapan dan ia hanya menoleh saja.

"Perkenalkan, Kak. Nama aku Aline, kelas 10. Kalau boleh tau nama Kakak Andro, 'kan?" Aku menyebut namanya, seingatku Bu Via pernah bercerita tentang dia yang pandai bahasa Inggris. Ia mengangguk. Alis matanya terangkat, manik matanya yang indah menatap dengan tajam.

"Kamu, tau dari mana?" Baru kali ini aku mendengar suaranya Lembut, tetapi begitu tegas. Aku tak membalas pertanyaannya. Aku melanjutkan perkataanku.

"Kak Andro anak kuliahan tahun ini, 'kan? Yang baru dan pindahan dari luar negeri? Salam kenal ya, semoga pertemuan kita menjadi mengikat pada tali silaturahmi dan dapat berteman memulai semuanya." Melihat aku berkata itu membuat ia tersenyum sangat manis dan entah kemana Iya pergi wajah suramnya tadi. Lalu ia memberikan informasi pada Aline.

"Ibu, tidak bisa datang. Jadi, aku yang menggantikannya," perkataan Andro membuat Aline berucap.

"Ibu?" beo Aline, Aline pikir Andro adalah anak dari Bu Bella.

"Iya, ibu. Aku anaknya Ibu Bella. Salam kenal dan maaf tadi sudah bersikap seperti kurang baik," respon Andro membuat Aline senyum.

"Iya, tidak apa. Mari, ajarkan aku untuk berbicara lebih fasih lagi dalam bahasa Inggris." Andro mengangguk lalu mengajarkan Aline.

Setelah selesai dalam belajarnya Aline tidak lupa mengucapkan terima kasih dan izin untuk pulang duluan karena hari sudah sore.

"Terima kasih untuk hari ini kak, aku izin pulang duluan. Sampai jumpa." Sesudah mengatakan hal itu, Aline pergi dari depan Andro.

Aline pikir, ia akan pergi ke sebuah cafe untuk mengisi perutnya yang sedari ia tahan karena kelaparan. Aline memasuki taxi yang ia pesan dari tadi lalu pergi ke sebuah cafe.

Tidak membutuhkan waktu yang lama, ia sampai tidak lupa membayar ongkosnya, dan segera memasuki cafe itu. Namun, ia melihat sosok yang tidak asing yang pernah ia lihat beberapa saat tadi lalu ia menghampiri orang tersebut.

"Kamu, kok di sini?" tanya Aline pada orang tersebut.

"Kamu ngikutin aku? Ada apa?" tanya balik Andro. Ya, seseorang itu adalah andro yang beberapa saat mengajarkan Aline.

"Eh, tidak-tidak. Aku ke sini karena mau makan dari tadi aku menahan laparku." Sejak itu perutku kembali berbunyi sehingga membuat kekehan kecil yang keluar dari mulut Andro.

"Tenang saja, mari makan bersama," ajak Andro kemudian diangguki oleh Aline lalu ia memesan makanan setelah makanannya datang ia langsung memakannya. Setelah selesai makan ia membayarnya, tetapi dicegah oleh Andro.

"Biar aku saja." Aline hanya menatapnya lalu tersenyum dan mengangguk. Setelah membayarnya mereka keluar dan Aline mengucapkan terima kasih untuk kedua kalinya.

"Sekali lagi terima kasih banyak, maaf merepotkan," ucap Aline tidak enak.

"Gak papa, ayok biar sekalian aku antar pulang" respon Andro yang membuat Aline tidak enak.

"Aku sudah terlalu merepotkan, aku pulang sendiri saja." Aline menolak dengan cara baik.

"Gak papa kok, itung-itung ini adalah hari pertama pertemuan atau pertemanan kita" ucap Andro dengan senyum. Aline bahkan dibuat heran bagaimana bisa ia yang awalnya dingin menjadi seperti sok asik. Lalu Aline mengangguk dan tersenyum. Setelah itu Andro mengantar Aline pulang ke rumahnya.

Nama: Rara
Jumkat: 915

Kumpulan CerpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang