Cinta Beda Agama

166 8 2
                                    

Cerita ini hasil pemikiran nyata dari penulis. Mohon maaf apabila ada kesamaan nama, latar, tempat, alur, dan lain lain.

Selamat membaca, selamat menikmati dan semoga suka.
Terima kasih.

***

Ketika cinta bersemi pada dua hati manusia yang berbeda keyakinan. Seamin, tetapi tak seiman. Sehingga pada akhirnya, harus memilih antara cinta dan keyakinan.

Alleta adalah seorang wanita Muslim yang menjalin hubungan dengan seorang pemuda penganut agama Kristen bernama Alexander.
Akankah mereka dapat bersama?

Dari balik jendela kaca, terlihat seorang gadis cantik yang sedang tertidur pulas. Di sisi kiri tempat ia tertidur, tepatnya di atas meja rias, terdapat sebuah jam beker. Ketika jarum jam menunjukkan pukul 06:00, alarm pun berbunyi sehingga membuat Alleta terbangun dari tidurnya. Perlahan ia membuka mata, menyibak selimut yang menutupi tubuh, lalu duduk di tepi ranjangnya.

"Ternyata udah jam 6 pagi, aku harus segera bersiap ke sekolah," ucapnya pada diri sendiri.

Setelah merapikan kembali tempat tidurnya, ia berjalan dengan langkah pelan menuju kamar mandi, untuk membersihkan diri dan menyegarkan tubuhnya. Tiga puluh menit pun berlalu, ia kini telah siap dengan seragam lengkap.

Kemudian Alleta berjalan menghampiri ayah dan ibunya di ruang makan, yang telah menunggunya untuk sarapan pagi bersama.

"Pagi, Mah, Pah," sapa Alleta pada kedua orang tuanya.

"Pagi, Sayang," jawab keduanya berbarengan.

"Gimana hari ini, jadi 'kan ke sekolah baru?" tanya ibu pada Alleta.

"Jadi dong, Bu, masa gak jadi," kata Alleta.

"Ketika di sekolah nanti, belajarlah dengan baik." Ayah berucap sambil menatap pada Alleta.

"Iyah, Ayah," sahut Alleta.

Usai sarapan pagi, Alleta berpamitan pada ayah dan ibunya. Alleta berangkat ke sekolah dengan mengendarai sepeda motor.

Setibanya di sekolah, ia langsung menuju ke kelas baru yang akan dia tempati. Berselang beberapa menit ia duduk, masuklah wali kelasnya bersama dengan seorang siswa yang berwajah sangat tampan. Sontak membuat seisi ruangan menjadi sedikit gaduh oleh ungkapan pujian dari para siswi.

"Anak-anak semuanya harap tenang, jangan ribut!" ucap wali kelas dengan sedikit berteriak.

Kelas kembali tenang, ibu guru segera mempersilakan siswa tersebut untuk memperkenalkan dirinya.

"Selamat pagi semua, perkenalkan nama aku Alexander, biasa dipanggil Alex dan berasal dari Inggris," ucap Alex sembari tersenyum, memperlihatkan kedua lesung pipi yang dimilikinya.

"Sangat tampan." Itulah ungkapan dari setiap siswi yang memandangnya.

Setelah memperkenalkan diri, wali kelas menyuruhnya untuk duduk di samping Alleta. Alex pun melangkahkan kaki, menuju ke meja yang ditempati gadis tersebut.

Kemudian wali kelas memanggil Alleta, untuk memperkenalkan dirinya. Alleta berjalan ke depan kelas, lalu berkata, "Selamat pagi semua, perkenalkan nama aku Alleta, biasa disapa Al. Aku pindahan dari SMA Negeri 1 Bandung," ungkapnya  sambil tersenyum.

Wali kelas mempersilakan Alleta agar kembali ke tempat duduknya.
Ia segera berjalan menuju ke bangku, di samping Alex.

Selama pembelajaran dimulai, Alex selalu diam-diam memperhatikan wajah cantik Alleta. Bibirnya yang tipis, rambut sebahu, wajahnya yang menenangkan sangat nyaman untuk dipandang. Alleta yang menyadari hal itu, hanya diam sambil memperhatikan materi yang dijelaskan oleh ibu guru di depan kelas.

Bel berbunyi, menandakan waktu pembelajaran jam pertama telah selesai. Seluruh siswa-siswi berhamburan keluar kelas, ada yang kantin, ke taman ataupun ke perpustakaan. Sedangkan Alleta sendiri memutuskan untuk ke kantin.
Ketika hendak keluar dari kelas, langkahnya terhenti ketika tangannya ditahan oleh Alex.

"Al, kamu mau ke kantin yah?" Alex bertanya sambil menatap Alleta.

Alleta pun menjawab, "Iya."

"Aku boleh ikutan bareng kamu gak?" Alex melepas tangan Alleta dari genggamannya.

"Hmm, oke," sahut Alleta.

Mereka berdua pun ke kantin bersama. Sepanjang perjalanan, beberapa siswi memandang Alleta dengan rasa iri, melihatnya berjalan bersama seorang Alex yang berwajah tampan. Alex yang menyadari hal itu, mengatakan pada Alleta agar tidak perlu menanggapi mereka.

______

Hari, bulan, tahun dan waktu berganti. Tanpa terasa membuat mereka berdua semakin akrab dan dekat. Benih-benih cinta pun tumbuh di hati keduanya. Hubungan yang semula hanya sebatas teman, sahabat, kini berganti sebagai kekasih.

Namun, hubungan yang mereka jalani tidak berjalan dengan mudah, sebagaimana yang mereka harapkan. Keyakinan yang berbeda, menjadi tembok penghalang yang sangat tinggi. Sehingga menempatkan keduanya pada situasi yang sangat rumit. Yaitu, memilih mempertahankan keyakinan, atau berpaling dari-Nya, demi rasa cinta pada sang kekasih.

________

POV Alleta

Semilir angin menerpa dedaunan, menari mengikuti alunan musik yang diciptakan oleh ombak.

Sejuk, damai, dan tenang, begitulah rasanya ketika aku dan kekasihku duduk berdampingan, di hamparan pasir putih yang luas ini. Menanti senja yang akan segera hadir, melihat burung-burung terbang bebas di angkasa.

"Apa yang kau pikirkan?" tanya Alex membuat Alleta tersadar dari lamunan.

"Aku memikirkan tentang kelanjutan hubungan kita sekarang. Bagaimana  kita dapat hidup bersama selamanya, jika restu Tuhan pun tak ada untuk kita."

Hening, membuat perasaan menyesakkan kian terasa. Beberapa menit menunggu, Alex tiba-tiba menggenggam jemariku.

"Aku mencintaimu, Alleta. Aku ingin terus berada di sampingmu, menikmati indahnya senja bersamamu." Alex menatap dalam wajah Alleta, yang telah sembab oleh air mata.

"Alex, kita sudahi saja, ya, hubungan ini? Karena kurasa, ke depannya kita akan semakin menderita, jadi kumohon--"

"Stop, Alleta. Jangan lanjutkan itu. Kamu mencintai Tuhanmu, begitupun aku. Namun, untuk sekarang kumohon jangan dulu menyerah."

"Sampai kapan kita akan seperti ini, Alex? Aku capek. Aku ingin memilikimu selamanya, tanpa harus berpaling dari Tuhanku."

Kembali hening, aku tahu ini bukanlah  pilihan yang mudah untuk kami. Namun, ini adalah akhir dari semua kisah ini. Ini adalah takdir.

"Baiklah, Alleta. Jika berpisah adalah pilihan yang terbaik untuk kita berdua, maka aku menerima keputusanmu."

"Namun, izinkan aku untuk terus mencintaimu, hingga ajal menjemputku," lirih Alex di sela tangisnya.

Alex membawaku dalam dekapannya, dekapan paling nyaman yang akan sangat aku rindukan.

Semilir angin menyatu bersama kami, menjadi saksi kisah cinta dua insan remaja yang saling mencintai, tetapi tak dapat hidup bersama karena perbedaan keyakinan.

Kesedihan menyelubungi dinding-dinding hati. Suara tangis disimpan erat oleh angin. Sedangkan kenangan disimpan oleh senja.

Sinar senja perlahan meredup, lalu hilang ditelan malam.

______

"Kau adalah senja yang selalu kunantikan hadirnya." —Alleta

"Jika rindu, tataplah senja. Karena di sana, dalam sinar keindahannya tersimpan segala kenangan tentang kita." —Alexander 

Selesai.

Nama: Tiana Jumania
Jumkat: 945

Kumpulan CerpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang