🎪 Di Balik Tabir 🎪

65 13 0
                                    

Cerita ini hasil pemikiran nyata penulis sendiri.  Maaf jika ada nama, tempat, latar dll.

Selamat membaca ini dan selamat menikmati cerita ini. Semoga kalian suka dengan cerita ini.
Terima kasih.

•••

Jakarta, Maret 2016

Hari yang cerah, mahasiswa dan mahasiswi yang tengah bersiap, 'tuk wisuda. Banyak orang berlalu lalang di halaman kampus, senang rasanya bisa lulus dan membahagiakan keluarga padahal aku hanya anak yang terlahir dari keluarga yang sederhana. Jurusan Bahasa Arab, yah itu jurusan yang aku pilih. Seperti mimpi bisa lulus dan membahagiakan Bunda, Abah, dan saatnya aku pergi ke Serambi Mekkah. Aceh, kota yang aku idam-idamkan sejak dulu.

Ingin sekali mengajar Bahasa Arab, dan memperdalam ilmu agama di sana. 

•••

Ini ceritaku, Hafsah ABWT yaitu singkatan dari Ainul Banat Wilwa' Tikta.
Kalo disatuin semua jadi Hafsah Ainul Banat Wilwa' Tikta. Panjang bukan?

Hahaha, iya Abah yang ngasih nama sepanjang itu. Setelah semester dua selesai, aku memutuskan untuk berhijrah.

Memperbaiki diri lebih baik lagi dari sebelumnya, perjalanan yang tidak mudah. Sulit, 'tuk istiqomah, banyak godaan dan hal-hal yang membuat diri ini goyah dan hampir tergoda oleh kesenangan duniawi.

Pergi jauh meninggalkan  keluarga adalah keputusan yang berat, tapi tidak apa ini semua demi mimpiku dan membawa Bunda, Abah ke surga-Nya kelak.

"Abah, Bunda doain Aca semoga disana bisa mengamalkan semua ilmu yang udah Aca pelajari ke yang lain. Semoga di sana, Aca bisa bermanfaat buat orang banyak," ucapku saat ingin pergi bersiap tuk berangkat.

"Aamiin allahumma aamiin, doa Bunda dan Abah selalu menyertai Aca. Aca kabarin Bunda dan Abah kalau sudah sampai di sana ya,  jangan lupa sama niatmu tuk berangkat ke sana.
Sebaik-baiknya manusia adalah yang bisa bermanfaat bagi orang lain, sehat-sehat di sana, Aca," jawab Bunda sambil memeluk Aca.

"In Syaa Allah Abah, Bunda. Aca berangkat Assalamu'alaikum," ucap Aca, mencium tangan Bunda dan Abah sambil bergegas menaiki mobil yang sudah berada di depan rumah.

"Wa'alaikumsallam warahmatullah," jawab Bunda dan Abah.

•••

Setelah beberapa jam di perjalanan, akhirnya aku sampai di Bandara Udara Internasional Sultan Iskandar Muda. 
Pihak Universitas aku belajar, ternyata sudah mempersiapkan tempat tinggal di Aceh seperti seperti rumah yang di sewa untuk 2 tahun kedepan.

Orang-orang di sana sangat mengutamakan sopan santun dan akhlakul karimah, sangat senang bisa berkumpul dan berbagi cerita dengan orang-orang pandai agama.
Di sana aku dipercayakan dan ditugaskan untuk mengajar anak-anak dari umur 6 tahun sampai yang paling tua umur 14 tahun.

Di sini aku punya teman yang membantuku mengajar anak-anak, Fadillah Nur Anjani. Berbagi cerita tentang perjalanan hijrahnya, lika-liku saat dirinya belum menggunakan kain yang bernama cadar seperti aku.

Sangatlah tidak mudah, Dila dan aku saling mensuport satu sama lain untuk bersama ke jannah-Nya. 

Satu bulan, dua bulan, tiga bulan aku mengajar Bahasa Arab dan ilmu agama lainnya, dan Alhamdulillah semua berjalan dengan lancar. Tidak lupa aku mengabari Keluarga, Bunda dan Abah di Jakarta tentang perkembanganku di Aceh.

•••

Setiap hari jumat adalah hari libur. Aku dan Dilla, memutuskan untuk pergi ke Suzzaya Mall yang tidak jauh dari rumah tempat tinggal aku. Kita belanja untuk keperluan di rumah, membeli satu sampai dua baju gamis plus niqob, hehe seneng kalau udah belanja di mall.

Kumpulan CerpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang