Az Algor

18 3 1
                                    

Cerita ini hasil pemikiran nyata dari penulis. Mohon maaf apabila ada kesamaan nama, latar, tempat, alur, dan lain sebagainya

Selamat membaca, selamat menikmati dan semoga suka.
Terima kasih.

***

"Bukankah rumah ini terlihat angker?" tanya Kevan.

Jevan memegang dagu. Matanya menelusuri setiap bagian dari bangunan tua di depan mereka. Cat perak yang sudah kusam, tiang-tiang besar dengan ukiran huruf aneh, dedaunan dan lumut yang menempel di dinding dan jendela-jendela besar rumah, kemudian ada menara jam mati di bagian paling atas.

"Tidak." Jevan menggeleng. "Itu keren!" sambungnya antusias.

Kevan mendelik pada saudara kembarnya itu. Percuma saja, mereka tidak sependapat.

"Ayo, kita masuk!" ajak orang tua mereka yang sudah lebih dulu di depan pintu.

Kevan ikut masuk dengan perasaan tidak nyaman. Sementara Jevan malah terlihat begitu bersemangat. Anak kembar berusia tiga belas tahun itu mempunyai kepribadian yang bertolak belakang.

Az Algor

Kata itu tertulis di depan pintu rumah baru mereka. Rumah ini punya nama.

* * *

Malam tiba. Sudah sekitar sebulan lebih keluarga Ashley menempati Az Algor. Selama itu Kevan tidak bisa tidur. Selain takut karena rumah ini terlihat angker, Kevan juga takut karena tempat ini ada di pelosok yang jauh dari keramaian Kota Vandor. Bayangkan saja, rumah ini dibangun di atas Bukit Newla, bagian paling Selatan Kota Vandor yang jarang didatangi orang, karena jalan menuju tempat ini sangat terjal dan berbahaya.

Rumah ini dijual oleh pemilik sebelumnya dengan harga yang jika dibandingkan dengan rumahnya sangat tidak sepadan. Ya, harganya murah. Mengingat orang tua Kevan dan Jevan yang  mengalami kebangkrutan, maka pasutri itu  membelinya. Letak rumah ini juga membantu mereka untuk menjauhkan diri dari kekacauan.

"Hey!"

Kevan terlonjak kaget dengan seruan tiba-tiba kembarannya.

"Kau tidak tidur?"

"Tempat ini menyeramkan," balas Kevan sembari menarik selimut menutupi seluruh tubuhnya.

Jevan tersenyum miring. "Bagus! Kalau begitu ikut aku!" ucap Jevan sembari turun dari kasur.

Kevan menepis selimut dan menatapnya bingung. "Pergi ke mana?"

"Ikut saja!" seru Jevan lalu menarik tangannya.

* * *

"Kenapa kita ke ruang bawah tanah?" tanya Kevan.

Jevan membawa saudaranya ke rubanah Az Algor. "Biar kuberitahu, aku sudah melakukan pengintaian dari minggu lalu, dan kau tau apa? Ada yang menempati rumah ini selain kita!"

"Ha-hantu?" Kevan gemetar.

"No, no, no." Jevan menggeleng.

"Ini lebih luar biasa dari hantu. Mereka adalah makhluk yang hidup saat rumah ini seolah hidup."

Kevan menghela napas gusar, dia mulai lagi. Lagi-lagi fantasi aneh keluar dari mulut kembarannya.

"Dasar gila! Ayo, kembali ke kamar!"

"Eh, eh!" Jevan menahan tangan saudaranya yang hendak pergi.

"Tunggu." Anak itu melirik jam di tangannya.

11.55

"Ini benar-benar menakjubkan." Jevan terlihat sungguh-sungguh.

"Ikut aku mengendap keluar dan jangan menimbulkan suara apa pun," bisiknya dengan sedikit menekan di akhir kalimat.

Kumpulan CerpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang