Senyuman Awal

50 1 0
                                    

Cerita ini hasil pemikiran nyata dari penulis. Mohon maaf apabila ada kesamaan nama, latar, tempat, alur, dan lain lain.

Selamat membaca, selamat menikmati dan semoga suka.
Terima kasih.

***

      
Di tempatnya, Syila sekarang sudah bersiap-siap untuk pergi ke pusat perbelanjaan dan sekarang Syila juga Bi Inah sedang menunggu taxi online yang tadi sudah dipesan.

"Bi, itu taxi online-nya udah datang, ayok!"

"Ah, iya ayo, Neng."

Setelah sampai di mall, Syila dan Bi Inah segera membeli semua perlengkapan yang diperlukan. Setelah membayar Syila dan Bi Inah langsung ingin pulang, tetapi tiba tiba ....

"Syilaaa!" Suara menggelegar sampai banyak pengunjung yang melihat ke arah suara.

"Udah deh, Ra, jangan teriak-teriak! Gak malu apa dilihatin tuh sama orang-orang?" omel Abel pada Rara yang tadi meneriaki nama Syila, yang hanya dibalas kekehan gadis itu. Mereka berdua adalah sahabat Syila.

"Syill, lo ada apa di sini?" tanya Rara.

"Iya, Ra, ini tadi nemenin bibi belanja. Kalian sendiri ke sini mau ngapain aja?" balas Syila.

"Gue sama Rara mau jalan-jalan, mumpung hari Minggu. Lu mau ikut?" Abel berucap dan memberi ajakan.

"Hem, oke deh aku ikut, bosen juga kalo di rumah terus. Bibi gapapa pulang sendiri?"

"Gapapa, Neng, lagipula bentar lagi taxi online-nya datang 'kan. Yaudah, Eneng jalan-jalan aja, ya, Bibi biasa kok pulang sendiri," ucap Bibi.

"Yaudah, Bi, Syila pergi dulu ya. Assalamualaikum," ucap Syila, setelah itu pergi bersama temannya.

***

Syila, Abel, dan Rara berhenti di sebuah restoran yang cukup terkenal di kalangan anak remaja. Ternyata rombongan teman-teman Althar juga ada di sana.

Saat sedang mengobrol dan berbincang-bincang, tiba-tiba ....

Bruk!

Itu suara anak kecil yang terjatuh karena tidak sengaja menabrak seorang wanita dengan pakaian yang cukup terbuka. Akibat suara itu, semua pelanggan mengalihkan pandangannya pada sumber suara.

"Akh! Eh bocah, bisa jalan gak sih? Lihat nih, gara-gara lo baju gue jadi kotor!" Wanita itu berucap dengan nada tinggi pada anak di depannya.

Anak di depannya hanya menunduk dengan ekspresi yang sudah ingin menangis.

Melihat itu Syila tidak tinggal diam. Dia langsung berjalan ke arah anak yang sedang dimarahi dan langsung menarik anak itu ke dalam perlukannya.

"Adek gapapa? Ada yang sakit? Yang luka?" tanya Syila pada anak tersebut dan hanya dibalas dengan gelengan kepalanya.

"Syukurlah," ucap Syila.

"Bu, seharusnya Ibu yang sudah dewasa mengerti dengan anak ini, bukan malah memarahinya," ucap Syila pada wanita tersebut.

"Heh! Kamu pikir baju saya ini tidak mahal, hah? Dia sudah menumpahkan minuman pada baju saya!"

Perdebatan itu membuat semua yang ada di restoran memandangi Syila dan wanita tadi. Tentu saja rombongan Al juga melihatnya.

Karena wanita tadi sudah sangat kesal, dengan kuat dia mendorong Syila sampai gadis itu terhuyung ke belakang.

Hap!

Ada yang menahan tubuh Syila yang hampir saja terjatuh dan dengan cepat Syila menegakkan lagi badannya.

"Maaf, Bu, jangan membuat keributan di sini. Anda boleh pergi," ucap salah satu pelayan restoran tersebut. Akhirnya, dengan kesal wanita itu pergi meninggalkan restoran.

Kumpulan CerpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang