Cinta Yang Salah

26 7 0
                                    

Cerita ini hasil pemikiran nyata dari penulis. Mohon maaf apabila ada kesamaan nama, latar, tempat, alur, dan lain sebagainya

Selamat membaca, selamat menikmati dan semoga suka.
Terima kasih.

***

Aku tahu cintaku salah, aku tahu menjadi selingkuhan itu rendah, apalagi menjadi selungkuhan dari pacar sahabatku
sendiri sudah termasuk sebuah pengkhianatan.

Ya, aku tahu.

Namun, aku mencintainya jauh sebelum sahabatku, aku mengenalnya jauh sebelum mereka bertemu, saat dia
menyatakan cintanya aku terbuai tanpa memikirkan resikonya sendiri.

Aku bahagia, meskipun selalu sakit saat mereka bersama, pada akhirnya pelukan dia selalu kudamba.

Ya, aku hanya selingkuhan dari pacar sahabatku sendiri, aku hanya mengambil beberapa kesempatan untuk bersama
sedangkan dia masih milik sahabatku sepenuhnya.

Aku tahu aku sebuta itu untuk cinta, hingga janji-janji manisnya selalu tersimpan apik didalam sana, sabar menunggu suatu saat kami tak akan sembunyi, menunggu saat saat dia memutuskan sahabatku.

"Ra, jalan yuk, temenin aku beli baju sama Awan," ajak Yuli yang aku setujui dengan senang hati, kami berjalan
bersama menuju kelas Awan yang hanya terhalang dua kelas dari kelasku dan Yuli.

Sekarang aku baru kelas 11 IPA 1 sedangkan Awan kelas 11 IPA 4, aku dan Yuli tetanggaan, kami juga satu meja dan
sangat dekat, hanya aku yang tidak terlalu terbuka.

"Awan!" Aku berhenti tiga langkah dari Yuli dan Awan yang sedang berbincang asik di depan kelasnya, aku sedikit
mengintip kedalam, kemudian kembali membuang mukaku saat pandanganku tak sengaja bertemu dengan tatapan
seseorang.

"Tiara," panggil Awan dan Yuli bersamaan mengkodeku untuk mengikuti mereka.

"Ah, iya," sahutku sedikit berlari,
berjalan mengekori mereka sembari menunduk.

•••

"Ra, kenapa? kata bunda kamu bengong terus?" Aku tersentak kaget saat merasakan ada yang memegang pundakku halus, melihat Yuli yang berdiri di belakangku, aku memutar kursi meja belajarku menghadapnya.

"Nggak apa-apa, kamu kenapa ke sini?" Yuli duduk di kasurku yang tidak terlalu jauh dengan meja belajar, kamarku tidak
terlalu besar. Kasurku saja hanya masuk untuk dua orang.

Yuli menunduk. "Aku berantem sama Awan," ujarnya membuatku kaget.

"Kok bisa?" tanyaku heran, pedahal tadi siang mereka baik-baik saja.

"Dia selingkuh sama si Sela, anak kelas sebelah itu," lirihnya cemberut, tentu saja hatiku ikut memanas, mau bagaimana pun Awan juga pacarku.

"Brengsek," lirihku, aku berpindah duduk disebelah Yuli, memeluknya dari samping.

"Sabar ya, Yul. Mungkin aja si Sela
tuh yang goda Awan," tuduhku tanpa sebab, jujur saja aku pun marah, Awan berjanji hanya aku dan Yuli yang dia cintai,
tak ada yang lain.

Dia mengangguk, membalas pelukanku tak kalah erat. "Makasih ya, Ra. Kamu selalu ada buat aku," katanya membuat
hatiku sedikit tercubit.

"Ha, i–iya," jawabku sedikit terbata, mengepalkan tanganku erat menahan rasa sesak yang menghimpit dadaku,
seakan habis dipukuli bertubi-tubi.

Aku yang salah, menghianati sahabat sebaik Yuli.

•••

Aku berjalan sendirian di pinggir lapangan futsal, memandangi beberapa siswa laki-laki yang sedang bertanding bola,
aku duduk disalah satu tribun.

Kumpulan CerpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang