Untung Sahabat

55 1 0
                                    

Cerita ini hasil pemikiran nyata dari penulis. Mohon maaf apabila ada kesamaan nama, latar, tempat, alur, dan lain lain.

Selamat membaca, selamat menikmati dan semoga suka.
Terima kasih.

***

🦋🦋🦋

Jam masih menunjukkan pukul 08.56 pagi, tetapi Tasya sudah merasa bosan dan gabut. Makanya, Tasya sangat tidak menyukai hari Minggu. Padahal hari Minggu adalah hari kesukaan para pelajar, di mana mereka bisa rebahan tanpa beban dan akan tetap menjadi beban orang tua.

Ting ... tiba-tiba sebuah bunyi notifikasi menampilkan sebuah pesan dari Sheli—sahabatnya—di handphone-nya.

Dengan gerakan cepat ia meraih handphone-nya itu, lalu membaca pesan tersebut.

From: Liluu Camprett♡
[Syaalala, temenin gue shoping dong.]
09.00 am.

Tasya yang membaca pesan itu memutar bola matanya malas.

[Mls bngt gw. Prgi sndri aj lo.]
09.01 am.

From: Liluu Camprett♡
[Ihh, gitu amat lo. Ayo Syaa temenin gue, pliss.]
9.03 am.

[G. Sndri aj lo.]
09.05 am.

From: Liluu Camprett♡
[Ayolah, Syaa. Sekalian kita refreshing. Daripada lo bosan dan gabut sendirian kek orang gila, ya kan?]
9.05 am.

Tasya kesal karna Sheli terus saja memaksa. Setelah dipikir-pikir, Sheli benar juga. Daripada ia gabut dan bosan di rumah sendiri, lebih baik ia jalan-jalan melepas rasa bosan dan gabut yang menghantui.

Jangan tanya kenapa Tasya sendiri di rumah. Orang tua Tasya sedang keluar kota karena ada pekerjaan di sana. Reno—abangnya Tasya—sedari pagi sudah keluar main bersama teman-temannya.

[Ok, jmput gw.]
09.07 am.

From: Liluu Camprett♡
[Nah, gitu dong Syaalalakuu. Tunggu aku depan rumahmu zayang😘.]
9.07 am.

[Njis.]
09.08 am.

Setelah membalas pesan dari Sheli a.k.a Liluu Camprett, Tasya pun segera meletakkan handphone-nya di atas nakas, lalu ia berjalan masuk ke kamar mandi untuk melakukan ritual mandinya.

Tidak butuh waktu yang lama bagi Tasya untuk melakukan ritual mandinya, Tasya pun keluar dari kamar mandi dan langsung bersiap dengan setelan sederhananya.

Selesai mencari baju dan celana yang pas, ia berjalan menuju meja riasnya. Tasya sedikit memoleskan make up tipis ke wajahnya dan memakai lip balm supaya bibirnya tidak kelihatan pucat.

Tak lama setelah itu, Sheli tiba di rumahnya lalu membunyikan klakson mobil. Tasya yang mendengarnya pun langsung bergegas turun. Tasya membuka pintu rumah, kemudian ia menutup kembali pintu itu dan menguncinya.

Ia berlari kecil menuju mobil Sheli, lalu masuk ke dalamnya. Setelahnya, Sheli melajukan mobilnya membelah jalanan di kota Jakarta itu.

♡♡♡

Setelah mereka sampai ke Mall, Sheli langsung memarkirkan mobilnya di tempat parkiran. Kemudian mereka turun dari mobil dan berjalan menuju ke dalam Mall tersebut.

Mereka mulai menelusuri setiap toko di situ. Tiba-tiba Sheli menarik tangan Tasya menuju salah satu toko baju. Tasya pun hanya mengikutinya tanpa sepatah kata pun.

Di sana Sheli mulai memilih gaun-gaun yang cocok untuknya. Sesekali Tasya yang memilihkan gaun untuknya. Sheli juga sesekali meminta pendapat Tasya saat memilih gaun, walaupun sedari tadi hanya dijawab dengan dehaman.

"Gimana, Sya? Cocok ngga bajunya kalau gue pake?" tanya Sheli.

"He'em," jawab Tasya.

"Ih, kok cuma ham hem ham hem doang dari tadi?" ujar Sheli sambil menghentakkan kakinya kesal.

"Terus?" tanya Tasya.

"Tasyaaalalala, jawab tuh yang bener dong. Kalau ditanya A dijawab A, bukan ham hem ham hem doang," ujar Sheli kesal.

"Mau heran, tapi ini Tasya," ucap Sheli pasrah.

"Apa sih, bawel banget lo," jawab Tasya.

Tasya pikir dengan menemani Sheli shopping akan menghilangkan rasa bosannya, tetapi ini malah membuatnya semakin bosan. Ia juga kesal pada Sheli yang dari tadi memilih baju dan terus bertanya pendapatnya.

"Udah deh, ayo ikut gue ke toko sebelah," ucap Sheli. Ia langsung meraih tangan Tasya, lalu menariknya menuju toko di sebelah toko baju itu.

Tasya menghela napas kasar, ia hanya pasrah dengan perlakuan sahabatnya. Ia malas jika harus beradu argumen dengan manusia super bawel di depannya itu.

♡♡♡

Capek. Tasya capek. Capek menghadapi sahabatnya, Sheli. Tasya tidak habis pikir dengan Sheli. Dalam hati ia berpikir 'Apa Sheli tidak capek? Atau dia manusia robot'

Bagaimana Tasya berpikir seperti itu? Setiap mereka berbelanja ke Mall, Sheli terus memaksanya untuk mengikutinya ke sana ke mari mengunjungi setiap toko yang ada di sana. Setelah selesai, Sheli tidak merasa capek sedikit pun. Meresahkan.

Setelah sampai di rumah, Tasya langsung keluar dari mobil Sheli lalu ia berdiri di depan gerbang rumahnya.

"Okee, makacihh Syalalaku," ujar Sheli dengan nada manja yang dibuat-buat.

"Iye, sama-sama," jawab Tasya. Ia memutar bola matanya malas.

"Seru, 'kan tadi? Oh iya dong, kalo jalan sama Sheli pasti seru," tanya Sheli yang dijawab olehnya sendiri dengan kekehan kecil.

"Serah lo, Li, serah," ujar Tasya. Ia malas terlalu menanggapi Sheli.

"Haha ya udah gue pulang, ya, sayang. Umach," ujar Sheli. Sheli tertawa keras setelahnya.

"Stres lo, najiss Li," ucap Tasya, ia bergidik ngeri setelah mendengarnya.

"Kiss bye Tasyaa," ujar Shela, kemudian ia langsung melajukan mobilnya untuk pulang.

"Ti-hati, Liluu. Dadah!" teriak Tasya sambil melambaikan tangannya.

Setelah mobil yang dikendarai Sheli menghilang dari pandangannya, ia masuk ke dalam rumah dan langsung nenuju kamarnya yang berada di lantai dua.

Tasya membuka pintu kamarnya, ia masuk dan langsung merebahkan tubuhnya, lalu menghela napas pelan.

"Untung sohib dan udah gue anggep kayak saudara. Kalau bukan, udah gue buang tuh anak di laut."

🦋🦋🦋

Nama: Jeje
Jumlah kata: 814

Kumpulan CerpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang