Sahabat Dulu

115 3 2
                                    


Cerita ini hasil pemikiran nyata penulis sendiri.  Maaf jika ada kesamaan nama, tempat, latar, dll.

Selamat membaca dan selamat menikmati cerita ini. Semoga suka dan terima kasih.

•••


Sore itu, mereka tengah bermain di sawah. Mereka terlihat sangat bahagia, tidak ada beban di antara mereka. Dua anak kecil berumur 7 tahun yang tengah berlari-lari, tertawa, saling rangkul, dan berpelukan. Mereka adalah Anisa dan Risa, dua manusia yang terikat ikatan persahabatan.

"Anisa, kita ambil pisang di kebun sana, yuk!" ajak Risa antusias.

"Gak boleh gitu, dosa," ucap Anisa.

"Kita masih kecil kok, malaikat gak bakalan catat dosa kita."

Setiap hari mereka habiskan waktu bersama untuk bermain. Sepulang sekolah mereka mengerjakan pekerjaan rumah bersama, belajar bersama dan setelah itu bermain sampai sore.

"Nisa, aku gak ngerti pertanyaan 12," ucap Risa.

"Sini aku jelasin!"

Anisa menjelaskan semuanya pada Risa. "Ngerti?" tanya Anisa dan dibalas anggukan oleh Risa.

Mereka saling melengkapi satu sama lain dan juga saling memahami.

"Nisa, kita beli somay, yuk!" ajak Risa pada Anisa.

"Aku gak punya uang," tutur Anisa sambil tersenyum.

"Oh, yaudah, aku sendiri aja yang beli," ucap Risa lalu pergi meninggalkan Anisa.

Beberapa waktu kemudian Risa kembali lagi dengan membawa dua kantong kresek yang berisi somay. "Nisa, ini buat kamu," ucap Risa.

Awalnya Anisa menolak. "Aku gak mau."

"Ih, Nisa ini buat kamu. Aku ngasih ini karena kita, 'kan sahabat," ucap Risa memaksa.

"Aku gak mau, Sa," jawab Anisa.

"Kalo kamu gak mau, aku juga gak mau deh. Somaynya aku buang aja," ucap Risa.

Anisa kaget dengan apa yang Risa ucapkan tadi. "Jangan dibuang dong, 'kan sayang itu."

"Abisnya kamu gak mau sih, kalo aku makan masa kamu enggak. Kita harus sama-sama merasakan, kalo aku merasa senang kamu juga harus senang, kalo aku merasa sedih, kamu juga harus sedih. Kita, 'kan sahabat," ucap Risa menjelaskan.

Hati Anisa tersentuh mendengar penuturan Risa. "Oke, aku mau somaynya dan kamu juga harus makan, oke?"

"Oke."

Sekilas mereka seperti kakak beradik. Anisa yang menjadi Kakak dan Risa menjadi adik. Jiwa Anisa lebih dewasa dibandingkan dengan Risa yang masih kekanak-kanakan. Wajar saja, umur mereka masih 7 tahun.

Risa seringkali merengek meminta Anisa untuk mengalah dan Anisa turuti itu.

"Dimas ganteng, ya," ucap Anisa.

"Apa? Dimas itu pacar aku!" ucap Risa tidak terima.

"Terserah kamu aja, aku cuman bilang Dimas itu ganteng. Aku gak ada niatan buat rebut pacar kamu itu," ucap Anisa.

"Dimas pacar aku! Kamu jahat mau rebut Dimas dari aku!" teriak Risa marah.

Risa pergi meninggalkan Anisa yang diam mematung di dalam rumah pohon yang dibuatkan oleh Ayah Risa.

Tuh, 'kan, Risa terlalu autis untuk Anisa yang dewasa.

Beberapa hari mereka tidak bermain bersama lagi, alasannya karena Risa masih marah pada Anisa.

Kumpulan CerpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang