ALENA

69 10 0
                                    

Cerita ini hasil pemikiran nyata penulis sendiri.  Maaf jika ada nama, tempat, latar dll.

Selamat membaca ini dan selamat menikmati cerita ini. Semoga kalian suka dengan cerita ini.
Terima kasih.

•••

KRING!

Seorang gadis masih tetap nyenyak dalam tidurnya. Alarm sudah berbunyi berkali-kali, tapi tidurnya tetap tidak terganggu.

BRAKK!

"ALENA! BANGUN KAMU!"

Suara bariton seseorang begitu menggema di kamar Alena. Melihat putrinya masih belum bangun juga, ia mengambil sapu lidi yang kebetulan ada di pojok kamar.

Dia adalah Adit, ayah Alena. Adit mengambil satu lidi. Lalu melayangkannya. Lidi itu mendarat tepat di lengan atas Alena dengan kasar. Gadis itu terlonjak kaget, kesadarannya terkumpul begitu saja.

"MAU JADI APA KAMU, HAH?"

"UDAH JAM BERAPA SEKARANG?"

Gadis itu melirik jam wekernya ragu, matanya membola melihat jam berapa sekarang.

"Ja–jam 9, Pa!" cicit Alena pelan.

"SEMALEM NGAPAIN, KAMU? BEGADANG? MAEN HP? NONTON? HAH, IYA?"

"Ng–nggak Pa, semalem Alena belajar," jawabnya pelan. Gadis itu menunduk, tak berani menatap ayahnya yang penuh amarah.

Memang benar, semalam Alena belajar sampai jam setengah dua pagi. Itu semua, karena nilai matematika nya yang menurut ayahnya kecil. Padahal, ia mendapatkan nilai 85, tapi ayahnya tetap tak puas dengan itu.

Adit mencengkeram dagu Alena kuat, membuat Alena mendongak dan  menatapnya, gadis itu segera mengalihkan pandangannya.

Cengkraman tangannya semakin kuat. Alena dibuat meringis karenanya.

"LIAT SINI KAMU!"

Dengan ragu, ia menatap ayahnya yang terlihat sangat marah.

"JANGAN, JADIKAN BELAJAR SEBAGAI ALASAN!" bentaknya penuh penekanan.

Adit melepaskan cengkraman itu kasar, membuat Alena terhuyung cukup jauh. Pinggangnya mengenai sudut sandaran kasurnya.

"Aws!" ringisnya pelan.

"Jangan mentang-mentang ini hari libur, kamu bisa seenaknya. Cepat turun! Buatkan sarapan untuk saya!" ujar Adit dingin. Pria itu segera keluar dari kamar Alena.

"I–iya Pa!"

=><=

Saat ini, Alena tengah berkutat dengan alat-alat masak. Di rumahnya hanya ada dirinya dan ayahnya. Setahu Alena, Mama nya sudah meninggal, dan tidak ada pembantu dirumahnya.

"ALENA! CEPAT!"

Alena segera menyelesaikan masaknya, ia membuat sup. Ia menuangkan sup panas kedalam mangkuk. Lalu membawanya kehadapan ayahnya, yang sepertinya sudah sangat lapar.

Alena meletakkan mangkuk itu di depan ayahnya. "Ini, Pa!"

Alena melayani ayahnya, dia mengambil mangkuk kecil, lalu mengisinya dengan sup yang telah ia masak. Setelah selesai, ia menyodorkannya pada ayahnya.

Adit menerima sup itu, lalu mencicipinya. Ia mengangguk pelan, merasakan sup buatan Alena yang enak.

"Duduk kamu!" titah Adit dingin. Tanpa menjawab, Alena segera duduk di kursi meja makan. Ia ikut sarapan bersama ayahnya.

Kumpulan CerpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang