KEN DAN KEY

45 5 0
                                    

Cerita ini hasil pemikiran nyata penulis sendiri.  Maaf jika ada nama, tempat, latar dll.

Selamat membaca ini dan selamat menikmati cerita ini. Semoga kalian suka dengan cerita ini.
Terima kasih.

•••

Suara Key sudah tak seperti biasa, dadanya terasa sesak mendengar bahwa orang di hadapannya itu memanggil dirinya adik.

"Mau sampai kapan terus nutupin kalo kita ini sodara kandung, Key?" Suara Ken begitu tegas, tatapannya tajam. Dia sudah tak bisa lagi menutupi kenyataan bahwa Key adalah adiknya—orang yang sangat ia rindukan selama ini.

"Lo udah bahagia, 'kan, sama keluarga sekarang. Lebih baik gak usah sok baik depan gue gini. Stop ngaku-ngaku Kakak gue!" Suara Key tak kalah tajam. Dia bahkan membalas tatapan tajam kakaknya. Tatapan penuh amarah. "Dan jangan pernah cari gue lagi," lanjut Key.

Key sudah berlalu pergi meninggalkannya yang masih berdiam di tempat. Key sejujurnya senang, kakaknya masih mengingat dirinya. Bahkan, kakaknya itu sampai membawa Key dari kelas ke belakang perpustakaan hanya untuk berbicara.

Sejujurnya, dia juga rindu akan sosok kakak yang dulu selalu bersama-sama, ingin memeluknya erat setelah sekian lama hilang. Namun, egonya menolak untuk menerimanya kembali. Prinsipnya kini adalah siapa pun yang pergi meninggalkannya, maka orang itu memang patut untuk dilupakan

Setelah kejadian beberapa tahun silam, saat papa dan mama bercerai. Dua saudara itu dilanda pilihan untuk ikut orang tuanya. Mama berkata lirih pada mereka berdua, bahkan sampai menggandeng lengan anak-anaknya berjalan beberapa langkah meninggalkan papa.

Key yang saat itu tahu papa tak ikut, lantas berbalik arah dan meraih tangan papa. Ia merasa heran dengan tanggapan papanya yang hanya diam kala itu.

Papa hanya berbisik ke Ken, lantas mama menariknya ke mobil dan pergi begitu saja. Key saat itu berpikir mungkin mereka hanya ke pasar dan Ken diminta papa untuk mengantar mama.

Tahun demi tahun berlalu. Kini usia Key sudah 16 tahun, kelas X SMA. Sejak kejadian hari itu, ternyata mama tidak pulang sampai hari ini. Key pun mulai mengerti sedikit demi sedikit dan perlahan rasa benci tumbuh, saat menyimpulkan hari itu Ken lebih memilih meninggalkan papa dengan kesengsaraan dan memilih mama yang penuh kekayaan.

Lantas, setelah bertahun-tahun dia pergi, kini dia kembali seakan manusia suci yang mengharapkan keadaan bisa diperbaiki. Mustahil. Key sudah terlanjur kecewa akan perlakuan mereka. Di mana mereka saat ia sedih? Saat ia gelisah menanyakan kabar mereka? Tidak ada. Seakan tak menganggapnya ada. Sialnya, mengapa ia kemarin memilih sekolah ini dan sekarang  harus dipertemukan setiap hari di sekolah yang luas ini.
***

Suasana kantin kini tengah ramai karena jam istirahat. Seluruh kantin ramai oleh gelak tawa dan lainnya. Namun, tidak bagi Key, dia merasa sepi di keramaian ini karena sahabatnya ada kepentingan lain. Saat tengah melamun, Key terkejut menemukan Ken yang juga menyusul dan duduk di hadapannya. Ia bahkan tak mengerti dengan perkataan Ken yang sungguh membuat emosinya meningkat.

"Mama selalu rindu lo, Key."

'Lantas mengapa bukan dia yang menemuiku?' batin Key.

Saat itu juga Ken hanya diam, dia mungkin mengerti perasaan Key. Akhirnya dia menceritakan mama, yang sebetulnya tidak Key pedulikan. Akan tetapi, saat hendak bangkit kembali ke kelas, Key tercengang dengan perkataan Ken juga dengan kenyataan yang sangat keliru.

'Bisa-bisanya aku membenci orang yang sangat menyayangiku.'

"Mama diancam supaya ninggalin Papa. Gue tahu Papa nggak pernah cerita apa pun. Gue minta maaf baru bilang sekarang," ujar Ken dengan suara terdengar sendu. Sejenak pandangan mereka pun beradu.

Kumpulan CerpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang