Pertemuan Yang Tak Disengaja

54 2 0
                                    

Cerita ini hasil pemikiran nyata dari penulis. Mohon maaf apabila ada kesamaan nama, latar, tempat, alur, dan lain lain.

Selamat membaca, selamat menikmati dan semoga suka.
Terima kasih.

***

"Kadang, pertemuan yang tak disengaja itu sangat berkesan."

*****

"Fafat cepetan jangan lama-lama, ini udah jam satu loh," tegas Abah Rahman di depan mobil.

"Eee ... tungguin aku dulu, Bah, bentar lagi kok," balas Fatimah yang sedang memakai bros.

Sesudah selesai, Fatimah bercermin di lemarinya yang menampakkan keseluruhan penampilannya.

Fatimah make up hanya memakai sifat, lipbalm, bedak Wardah dengan tipis, sederhananya Fatimah dalam hal make up ataupun penampilan, tetapi dia selalu tampil dengan cantik dan modis.

Karena sudah selesai, Fatimah melangkahkan kakinya ke luar dan melihat Sang Abah menunggunya di mobil.

Langsung saja Fatimah masuk mobil di bagian belakang bersama Umi Khadijah yang duduk dengan tenang.

Saat masuk mobil, Fatimah kaget dan memeluk Khadijah yang langsung dibalas olehnya. Setelah diurainya pelukan, Fatimah bertanya, "Umi juga ikut? Fatimah kira masih sakit, gimana kabarnya, Mi?"

Kalian pasti heran, sosok yang dipanggil Umi itu siapa? Padahal Uminya Fatimah udah meninggal.

"Ikut dong ... Umi pengen jemput keponakan kesayangan Umi, Rehan. Dia setahun gak pulang-pulang, padahal Umi kangen banget," balas Khadijah yang sempat dipanggil Umi oleh Fatimah.

Jadi ... Khadijah itu adalah adik kandungnya Aisyah, Uminya Fatimah yang meninggal 2 tahun yang lalu.

Oh iya, Khadijah itu menjanda karena suaminya meninggal 5 tahun yang lalu. Sudah terbayang, bagaimana hancurnya Khadijah saat itu

Melihat kedekatan antara putri dan adik iparnya, Rahman hanya tersenyum dan berdehem untuk menyadarkan mereka bahwa mobil akan segera melaju.

"Ehem," dehem Rahman, "udah dong acara kangen-kangenannya di-pending dulu, mobil mau melaju loh," lanjutnya.

"Abah ganggu drama kita aja," rajuk Fatimah yang tertawa dan disusul oleh Khadijah.

"Udah-udah, Ayo kita berangkat," sahut Khadijah.

Tak lama, Mang Asep sopir pribadi keluarga Rahman melajukan mobil dan meninggalkan halaman.

Asep adalah salah satu santri dan sekaligus sopir dari Rahman, dia masih lajang. Padahal, umurnya sudah matang untuk menikah, tetapi katanya Asep pengen pesantren dulu dan nambah wawasan sebelum punya istri.

Di tengah perjalanan macet dan karena lapar, Fatimah mengusulkan agar mampir dulu ke Kafe Manara.

"Bah, makan dulu yuk. Fatimah lapar," ajak Fatimah. "Mang Asep, berhenti di kafe Manara ya," lanjutnya.

Saat mobil terparkir, Fatimah langsung turun begitu saja, tanpa menunggu Rahman dan Khadijah. Memang itu sudah menjadi kebiasaannya.

Ketika akan membuka pintu kafe, Fatimah terkejut saat bersamaan dengan sosok laki-laki yang membuka pintu dan acara tabrak-tabrakanlah terjadi.

"Astagfirullah," ucap Fatimah yang mengusap dadanya.

"Maaf, saya tidak sengaja dan ini keteledoran saya yang memainkan HP sambil berjalan," balas laki-laki itu tersebut.

Kumpulan CerpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang