Bertemu Sang Idola

58 4 1
                                    

Cerita ini hasil pemikiran nyata dari penulis. Mohon maaf apabila ada kesamaan nama, latar, tempat, alur, dan lain lain.

Selamat membaca, selamat menikmati dan semoga suka.
Terima kasih.

***
A

lkisah, seorang gadis yang sangat cantik, tetapi sederhana, beda dari yang lain.

Memasuki 22 tahun tapi belum, bulan November tanggal 11. Jangan lupa diucapin ya ... hehehe, terima kasih, lanjut!

Inilah aku. Nurliani Sudrajat, lahir di kampung sederhana ini. Aku menyukai salah satu temanku, aku dan dia memiliki hobiku yang sama yaitu menyanyi. Namanya Kak Bagus DA.

Satu lagi, dia salah satu orang yang sangat menginspirasi sekaligus dijadikan idola yaitu Jirayut, tahu kan kalian? Hehe.

Suatu hari, aku jalan-jalan santai ke suatu taman yang sangat hijau.

Aku kebetulan sendiri duduk di kursi panjang warna putih dengan tenang.

"Teh Liya!" teriak Ulfa sambil menepuk tangannya.

"Eh, ayam! ayam! ayam! Kamu, Dek. Astagfilullah bikin kaget aja kamu, salam yang baik kek nggak usah kagetin gitu juga kali," ledek aku.

"Iya, asalamualaikum, maaf ya bikin kamu kaget," lirih Ulfa.

"Walaikumsalam, Dek. Iya nggak apa-apa, kok, gak ada masalah. Oh iya, ada info kah ini?" tanyaku.

"Ada kok, nih!" kata Ulfa sambil menunjuk di hp nya kepadaku.

"Itu Kak Bagus DA, kah?" tanya aku.

"Iya, katanya mau adain lomba nanti besok malam lho! Nonton yuk!" jelas Ulfa seraya mengajak.

"Iya sih, tapi, pake apa kita nantinya?" tanyaku.

"Nah! Pake motornya kak Arya Aji saja!" seru Ulfa,

"Emang, kau bisa nyetir motornya? Nanti jatuh lho, kena marah sama Kak Aji. Ehem, hahaha!" Aku tertawa sambil menggodanya.

"Ish, ya enggak lah! Aku tuh udah bisa mahir kayak gitu. Teh Liya, Teh Liya," imbuh Ulfa.

"Iya deh, teteh akan membuktikan kamu esok malam. Janji, Dek Ulfa?"

"Iya, Teh, aku janji" kata Ulfa.

***

Setelah pulang dari taman itu, aku langsung buka pintu dengan agak pelan.

"Asalamualaikum, Umi," ucapku.

"Walaikumsalam, Dek Liya. Duduk dulu sebentar, Umi ingin bicara sama kamu," ajak Umi Vina.

"Baiklah, Mi." Aku yang berjalan menuju ruang tamu dan duduk.

Umi vina mulai berkata, "Dek Liya, kamu dari mana? Abangmu tuh dari tadi nyariin," ucap Umi Vina khawatir.

"Hum, maaf. Habisnya aku tuh bete terus, Mi. Abisnya Abang Jefri, waktu aku lewat itu dicuekin terus. Makanya, aku itu butuh healing, Umi," jelasku kesal.

"Ya Allah, Janganlah seperti itu, Dek. Abangmu masih sayang sama kamu, dia itu selalu bekerja keras lho di rumah makan demi kamu lagian. Ya udah, sana mandi dulu sekalian minta maaflah sama Abangmu," nasihat Umi Vina.

"Iya, Umi, setelah mandi aku mau minta maaf sama Bang Jefri." Aku sedikit menyesal dan langsung mengambil handukku menuju ke kamar mandi.

Setelah 15 menit kemudian, aku takut untuk melihat Abangku sendiri hanya sekadar melihat dari jauh.

Abang Jefri tiba-tiba bangun dari tidurnya dan melihat aku yang ketakutan ini. "Dek? Dek Liya?" Abang Jefri, memanggilku.

Aku tak berani menjawabnya karena merasa bersalah saja.

Abang Jefri tampak curiga melihatku yang masih melihatnya dari jarak jauh, langsung saja dia berjalan keluar kamarnya. Setelah dia membuka tirai kamarnya.

"Kamu kenapa, Dek Liya? Kok nangis?" tanya Abang Jefri, berdiri di depan kamar. "Abang mau nanyain ke kamu," tegas abang Jefri.

"Iya, Bang," jawab aku sambil berjalan kearahnya.

Sekilas, kalian tidak tahu, sosok Abang Jefri nya bagaimana? Abang Jefri itu pekerja di rumah makan pasti sibuk sekali hingga malam, dan selalu prihatin kepada Adiknya, terutama aku, Liya. Jika dia khawatir dengan aku yang belum pulang, dia yang telah mencariku di mana-mana, kecuali taman barusan itu, dia tidak tahu!

"Dek, abang mau nanya? Kamu ke mana aja? Dari tadi abang nyariin kamu yang biasa nongkrong ke warung itu, kok gak ada. Jawab yang jujur ya, jangan bohong sama abang," tanya abang Jefri.

Aku mulai gugup. "Hmm, sebenarnya ... aku tuh, lagi jalan-jalan sendiri saja biar healing. Tepatnya di taman penghijauan itu. Lagian abang mah terlalu sibuk sama pekerjaan, dan aku sekaligus minta maaf, aku menyesal sekali," jelas aku sekaligus."

"Oh, taman penghijau. Abang kira, kamu nongkrong biasanya di warung. Iya deh, abang terima maafmu, tapi, gak boleh diulangi lagi ya," peringat Abang Jefri.

"Iya, terima kasih, Bang. Aku janji takkan ulangi lagi. Oh iya, perlu aku beritahu! Besok malam, aku mau ke tempat itu buat lihat konsernya idolaku, tahukan abang?" Aku tersenyum sembari memberitahunya.

"Iya, Dek Liya. Iya tahu abang mah. Di teman abang juga beritahu sama abang tentang soal ini. Oh iya, nggak apa-apa silakan. Kamu kan biasanya sama Ulfa. Abang nanti nyusul sama teman abang yaitu Putra, Darus, Rossa," jelas abang Jefri.

"Oke, Bang. Ditunggu, ya! aku mau istirahat dulu ya, selamat malam," ucapku berpamitan.

"Iya, Dek Liya, selamat malam." ucap abang Jefri.

Perasaanku berbunga-bunga tak sabar bertemu idola untuk keesokan hari. Eh,  malam maksudnya. Aku langsung ke kamarku dan tertidur dengan lelap.

Tasikmalaya, 13 November 2022

Nama: Nurliani Sudrajat
Jumlah kata: 862 kata

Kumpulan CerpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang